Bisnis.com, CILEGON--Provinsi Banten sebagai provinsi industri membutuhkan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang menghasilkan lulusan sesuai dengan kebutuhan industri.
Andika Hazmury, Wakil Gubernur Banten, mengatakan rata-rata SMK yang berada di delapan kabupaten/kota tidak sesuai dengan industri yang ada. Padahal saat ini, Banten adalah wilayah dengan sumbangan sektor industri terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 50%
"Misalnya wilayah Cilegon banyak industri petrokimia dan baja, tetapi SMK yang ada adalah SMK pertanian. Perlu revitalisasi SMK sesuai wilayah," ujarnya dalam Peluncuran Program Vokasi Industri di Cilegon, Senin (5/3/2018).
Andika menyambut baik peluncuran program yang diinisiasi Kementerian Perindustrian tersebut karena akan mendorong SMK untuk menyiapkan lulusan terampil sesuai kebutuhan industri. Selain itu, program ini juga diharapkan menekan angka pengangguran terbuka di Banten yang mencapai 9,27%.
"Program ini akan menjadi solusi Pemprov untuk mengurangi tingkat pengangguran. Saya percaya setiap tahun akan berkurang 1%-2% dengan program vokasi dan link and match," katanya.
Dalam pembangunan industri, Pemprov Banten telah menyusun Peraturan Daerah tentang Pembangunan Industri Provinsi pada 2017 hingga 2037. Salah kebijakan yang tertuang dalam perda tersebut adalah sentra industri kecil dan menengah (IKM) yang akan memproduksi komponen dan terintegrasi dengan industri besar.
Andika juga menyebutkan pihaknya mendukung penerapan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dan pengurangan ketergantungan impor. Terkait dengan rencana tata ruang wilayah, Pemprov Banten menyediakan lahan industri sebesar 45.000 hektare di 19 lokasi.
Namun, saat ini tingkat keterisian masih sangat rendah, yaitu di bawah 30%. "Ke depan kami harap investasi baru menempati kawasan industri tersebut," ujar Andika.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menuturkan Banten merupakan provinsi industri yang terus bergerak. Di provinsi ini terdapat klaster baja yang ditargetkan mencapai produksi 10 juta ton pada 2025 dan satu-satunya perusahaan refinery petrokimia yaitu Chandra Asri, yang akan berinvestasi untuk membangun kilang kedua senilai US$5 miliar dan mulai direalisasikan pada 2019.
"Di sini juga akan dibikin pabrik petrokimia oleh Lotte Chemical. Nanti industri baja dan petrokimia akan tumbuh, kebutuhan tenaga kerja juga naik," kata Airlangga.