Bisnis.com, JAKARTA -- Riset dan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Indonesia masih menghadapi tantangan.
Andre Susanto, Founder PT Inovasi Dinamika Pratama, perusahaan yang juga menjadi konsultan pengembangan elektrifikasi lewat energi terbarukan, mengatakan diperlukan studi untuk visibilitas PLTS di area-area di Indonesia.
"Saatnya pemerintah membuat studi yang dekat dengan pengembang, perbankan, untuk mengembangkan visibilitas energi terbarukan di suatu daerah," katanya.
Dia mencontohkan, di luar negeri terdapat kemudahan dengan adanya indirect insentif dari sisi lahan yang sudah tersedia, koneksi ke perusahaan penyalur listrik, izin dipermudah, visibility study sudah ada, dan pajak diringankan.
"Di Indonesia, variabel-variabel itu tidak ada," ujarnya.
Misal saja dari sisi lahan untuk pengembangan PLTS, menurutnya perlu ada kerja sama dengan pemerintah daerah setempat.
Adapun saat ini, saat ini pihaknya membantu perusahaanperushaan lain sebagai konsultan untuk mengembangkan PLTS dengan melakukan survei ke daerah-daerah untuk visibility study.
Dia mengatakan tantangan yang ada kembali lagi pada pihak yang berwenang dan yang mempunya tanggung jawab untuk riset dan pengembangan merasa tidak ada dana.
"Tidak melihat itu sebagai investment," katanya
Menurutnya yang harus dikerjakan adalah industri dan universitas harus bekerja sama, jika melihat yang dikembangkan di luar negeri.
"Industri akan bayar risetnya universitas, mereka ada masalah tertentu daripada tim sendiri, ke universitas yang punya kemampuan riset untuk project bersama," jelasnya.
Dia mengatakan hingga saat ini kerja sama universitas dan industri dalam bidang energi terbarukan untuk tenaga surya ini dinilai masih belum terdengar gaungnya.
"Kami juga ingin melakukan, kerja sama dengan universitas," ujarnya.