Bisnis.com, JAKARTA—Tingkat penetrasi pasar modern yang berbeda-beda dinilai menjadi salah satu faktor pemicu perbedaan pola berbelanja masyarakat di tiap negara.
Reynazran Royono, CEO Snapcart menjelaskan, minimarket menjadi favorit konsumen di Indonesia karena penetrasi jenis pasar swalayan itu sangat masif sejak tahun 2000-an awal. Sementara di negara lain seperti Filipina, ekspansi minimarket yang tidak seagresif di tanah air membuat konsumen di negara tetangga tersebut masih lebih banyak memilih supermarket dan hipermarket.
“Kalau di sisi Snapcart akan ketahuan bahwa orang Indonesia upload struk pendek-pendek, berarti belanja di minimarket. Tapi kalau di Filipina upload struknya panjang-panjang,” ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Dia menjelaskan, bahkan di Indonesia pun pola berbelanja masyarakat berbeda-beda, terlebih di kawasan perkotaan maupun pedesaan. Menurutnya, minimarket dengan karakteristiknya yang praktis dan terjangkau menjadi pilihan orang kota yang sibuk, sementara orang yang tinggal di luar Pulau Jawa juga masih banyak yang berbelanja ke hipermarket dan supermarket.
“Tidak semua punya pola minimarket yang sama, tergantung dari perda [peraturan daerah]. Contoh kalau di Sulawesi masih banyak orang belanja ke supermarket,” tambahnya.
Dia menambahkan, pihaknya juga belum dapat memprediksi pola belanja masyarakat pada tahun ini. Untuk melakukan proyeksi, pihaknya mengaku membutuhkan adanya data histrorikal setidaknya pada empat bulan pertama di tahun berjalan.
Sebelumnya hasil survei yang dilakukan oleh Snapcart, penyedia data konsumen, yang menyatakan bahwa sebanyak 39% konsumen Indonesia loyal berbelanja di satu channel yaitu minimarket, sedangkan lebih dari 60% konsumen berbelanja di setidaknya dua channel baik itu offline seperti hypermarket dan supermarket, maupun online.
Data tersebut diolah dari lebih 1,3 juta struk belanja konsumen yang dikumpulkan melalui aplikasi Snapcart, serta hasil survey terhadap 3.700 responden yang tersebar di seluruh Indonesia, yang dilakukan pada periode Januari-Desember 2017. Secara geografis, 78% responden berada di Pulau Jawa, 12% di Pulau Sumatera, 4% di Kalimantan, 3% di Sulawesi, dan 3% lainnya di Indonesia Timur.