Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Usulan IKA ITS Untuk Genjot Ekonomi Maritim

Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (IKA ITS) mengusulkan tujuh terobosan untuk menggenjot potensi ekonomi di sektor maritim.
Dokumen foto pemandangan bawah laut Sawarkawafor di Kabupaten Kabupaten Supiori dan Biak Numfor, Papua./Istimewa
Dokumen foto pemandangan bawah laut Sawarkawafor di Kabupaten Kabupaten Supiori dan Biak Numfor, Papua./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (IKA ITS) mengusulkan tujuh terobosan untuk menggenjot potensi ekonomi di sektor maritim.

Berdasarkan keterangan resmi yang diterima Bisnis.com, Jumat (2/3/2018), kontribusi sektor maritim terhadap produk domesti bruto (PDB) masih berada di kisaran 30%. Padahal, dengan bentang laut yang luas yakni 3,27 juta kilometer persegi, sektor maritim berpotensi menyumbang 70% PDB nasional.

"Butuh perjuangan dan terobosan untuk benar-benar menjadikan laut sebagai penyumbang utama GDP Indonesia," tulis IKA ITS.

Guna menggenjot potensi maritim, IKA ITS mengusulkan kepada pemerintah untuk meningkatkan alokasi dana riset melalui sejumlah lembaga dengan fokus pada pengembangan potensi kelautan, mineral, energi, teknologi penangkapan, dan navigasi.

IKA ITS juga mengusulkan agar pemerintah menambah jumlah sumber daya manusia di bidang kelautan. Caranya dengan mendorong perguruan tinggi untuk membuka jurusan yang mampu mendukung industri maritim.

Dari sisi produksi, IKA ITS pemerintah disarnkan untuk membangun basis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang memiliki kemampuan memproduksi atau mengolah ikan pada sentra produksi ikan tangkap dan budidaya.

Insentif perpajakan juga perlu diberikan untuk industri kelautan, termasuk industri pendukungnya. IKA ITS menilai nelayan kecil juga perlu diberikan subsidi untuk bisa menggunakan cold storage.

Hasil tangkapan ikan nelayan juga perlu dikembangkan menjadi resi guang yang bisa menjadi jaminan untuk mendapatkan pinjaman dari perbankan.

Di daerah terpencil, pemerintah disarankan untuk memberikan dukungan ketersediaan energi, terutama energi baru dan terbarukan (EBT). Integrasi antarpelabuhan, penambahan frekuensi pelayaran antara pelabuhan utama dengan perintis juga perlu dilakukan untuk meningkatkan konektivitas dan kemudahan logistik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper