Bisnis.com, JAKARTA- CEO Adonara Hotels Group Ruben Amor menargetkan menambah pengelolaan delapan hotel baru yang tersebar di sejumlah kota besar seperti Bogor, Makassar, dan wilayah Indonesia bagian timur.
Rencananya, delapan hotel tersebut akan dikelola di bawah brand Arnava dan U-Stay yang dimiliki perseroan. Kedua merek tersebut merupakan merek pengelola hotel berbintang dua dan tiga yang menjadi target pasar utama Adonara.
“Tahun ini kami tambah kelola delapan hotel baru, empat hotel di bawah brand Arnava, empat hotel di bawah brand U-Stay,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis..
Adapun dari 10 hotel existing yang telah dikelolanya, dua di antaranya menggunakan brand Arnava, satu hotel menggunakan brand U-Stay, dan satu hotel menggunakan brand Amanuba, yang diperuntukkan bagi hotel berbintang empat. Sementara enam hotel lainnya dikelola dengan menggunakan brand pemilik hotel seperti RTS Hotel dan Zenith Hotel.
“Dari total 8 hotel baru itu yang kita miliki sendiri ada di Solo dan Bekasi, di luar Senen yang baru dibuka pada pekan lalu,” tambahnya.
Dia menilai momentum pilkada serentak pada tahun ini dapat mendongkrak bisnis hotelnya yang tersebar di beberapa daerah. Melalui brand hotel yang berbeda-beda seperti Arnava, U-Stay, hingga hotel berbintang empat Amanuba di Rancamaya, pihaknya optimistis dapat mengoperasikan total 18 hotel baru pada tahun ini.
Dia menjelaskan, Hotel Arnava di Kawasan Senen, Jakarta Pusat yang baru diluncurkan pada Kamis (22/2) ini merupakan hotel pertama yang didirikan oleh Adonara Group. Pihaknya menggelontorkan investasi sebesar Rp80 miliar untuk mengakuisisi hotel yang memiliki 80 kamar ini. Dengan tingkat keterisian minimal 75%, pihaknya mengestimasikan pengembalian investasinya membutuhkan waktu 8 tahun.
Menurutnya, bisnis pengembangan hotel bintang dua dan tiga jauh lebih menjanjikan ketimbang hotel kelas atas bintang empat dan lima. Pasalnya, pasar untuk hotel bintang dua dan tiga jauh lebih besar dan modal yang dibutuhkan pun tidak sebesar hotel papan atas.
“Kami lebih fokus bermain di bintang 2 dan 3 karena market lebih besar modal relatif kecil. Hotal bintang 2 hitungan investasi per kamar Rp400 juta, margin bisa sampai 40%. Hotel bintang 5, marginnya hanya sekitar 30%,” jelasnya.
Untuk segmentasi pasar, dia menyatakan sebanyak 40% mengandalkan pesanan dari pemerintah, sementara sisanya dari perusahaan. Namun dia menyatakan bahwa tingkat keterisian oleh perusahaan swasta relatif berbeda-beda di setiap daerah, di mana kota metropolitan lebih ramai sedangkan kabupaten/kota cenderung lebih sepi.
Tak hanya memiliki strategi untuk mendirikan hotel sendiri, pihaknya juga tengah berancang-ancang untuk mendirikan cabang hotel baru di Eropa pada tahun ini. Pihaknya menyiapkan investasi hingga Rp100 miliar untuk membuka cabang hotel baru di Eropa pada 2018.
Ruben menjelaskan, dia berencana membuat perusahaan patungan dengan mitranya yang merupakan pemilik hotel di Berlin, Jerman. Dalam perusahaan tersebut, pihaknya menggenggam porsi minoritas sebesar 25% dan menyediakan sumber daya manusia (SDM) di bidang operasional.
“Ke depannya, paling lama dua bulan dari sekarang akan ekspansi ke Eropa dengna mitra strategis untuk men-develop brand Adonara di Berlin. Saya memang cukup ekstrim dalam hal ini,” ujarnya.
Dia mengatakan lebih tertarik mengembangkan brand-nya sendiri di kancah internasional, ketimbang mengembangkan brand perhotelan internasional di dalam negeri. Setelah Berlin, pihaknya pun tengah membidik pasar Asean yakni Malaysia dan Filipina untuk langkah selanjutnya.