Bisnis.com, JAKARTA— Pengusaha Industri gula rafinasi meminta pemerintah untuk bisa membantu dalam hal penyediaan lahan tanaman tebu guna menggenjot produksi dalam negeri.
Wakil Ketua Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Yamin Rahman menyebutkan saat ini diperlukan pengadaan lahan dengan luas sekitar 360.000 hektare guna menopang kebutuhan gula nasional, baik gula rafinasi maupun konsumsi.
“Kalau kita nggak muluk muluk ya, kurang lebih 360.000 hektare,” katanya ketika ditemui Bisnis di sela-sela Focus grup Discussion yang diadakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Kamis (15/2/2018).
Wilayah Sumatra dan bagian timur Indonesia dianggap menjadi daerah yang cocok untuk pengembangan lahan tebu. Adapun luas lahan tebu per lokasi diharapkan bisa mencapai 20.000 hektare, di samping tambahan lahan untuk pabrik di daerah yang sama dengan kapasitas 10.000 ton cane per day (TCD). Hal ini, menurut Yamin, guna menjaga efisiensi dari segi biaya.
Di tengah kebutuhan lahan untuk pengembangan produktivitas tebu, pihaknya menghadapi sejumlah tantangan yang berpotensi membuat harga lahan meningkat juga isu-isu dan kepentingan pihak lainnya yang berpotensi menghambat pengadaan.
“Nah, kita harus mencari sendiri. Pada waktu kita mencari sendirinya ini kan banyak berbenturan kepentingan di sana. Jadi pastilah harganya jadi meningkat, ada juga masalah yang lain-lain. Tambahnya.
Baca Juga
Belum lagi, katanya, adanya ketentuan pemerintah daerah yang juga mungkin mempersulit proses pembebasan lahan.
Untuk itu, pihaknya berharap ada bantuan dari pemerintah pusat untuk menyediakan bank tanah atau land bank untuk mempermudah perluasan lahan tebu di Indonesia yang menjadi bahan baku pembuatan gula.
“Karena itu, kalau pemerintah yang membebaskan lahan, itu mungkin jadi lebih mudah sehingga terbentuklah suatu land bank yang nanti perusahaan ini tinggal bayar saja berapa misalnya harganya per meter,” katanya.
Adapun produktivitas tebu per hektare (ha) di Indonesia saat ini menurutnya masih berada di level 80 per ha. Angka ini dirasa masih kecil bila dibandingkan dengan produktivitas lahan tebu di luar negeri yang menurut Yamin bisa mencapai 120 ton tebu per ha.
“Mereka itu harusnya mencapai 100 ton ya, per hektare tebu,” katanya.
Lebih jauh dia mengungkapkan, di samping pengadaan lahan, penggenjotan produktivitas lahan, rendemen tebu dalam negeri juga perlu ditingkatkan. Yamin berpendapat, rendahnya rendemen ini salah satunya disebabkan mesin-mesin pengolah yang berusia tua.
“Yang penting lagi rendemen. Rendemen kita berkisar di antara 7%, masih rendah. Di luar negeri bisa 10%-12 %,” katanya.