Bisnis.com, JAKARTA—Industri percetakan dan grafika terganjal tingginya harga kertas dan sulitnya mendapatkan bahan baku.
Ketua Umum Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) Ahmad Mughira Nurhani mengatakan akibat kedua hambatan ini, perusahaan percetakan tersandung biaya produksi dan pengendalian stok.
"Padahal sebentar lagi kami harus mempersiapkan tahun ajaran baru dan pilkada serentak," kata Mughi, Senin (19/2/2018).
Harga bahan baku kertas melonjak di atas Rp15.000 per kilogram. Sementara itu, harga perkiraan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Komisi Pemilihan Umum sebagai pengguna anggaran berkisar antara Rp12.000 hingga Rp13.000.
"Kami harapkan Kementerian Pendidikan menaikkan harga cetak buku pelajaran, [sehingga industri grafika dapat mencatatkan margin]," katanya.
Selain itu, para produsen kertas juga diharapkan dapat meningkatkan produksi dan menambah stok ke pasar. Dengan peningkatan stok ini, harga kertas dapat berhenti menanjak tajam.
Mughi mengatakan dengan kondisi saat ini, para pengusaha percetakan dan grafika tidak berani memasang target pertumbuhan tinggi. Bahkan ia memperkirakan pertumbuhan jauh berada di bawah pertumbuhan ekonomi. "Estimasi saya, dapat tumbuh 3% saja bagus," katanya.
Pada tahun lalu, para pengusaha grafika memperkirakan pasar dapat tumbuh 5% hingga 7% pada 2018. Tekanan pada harga bahan baku membuat target ini disesuaikan.