Bisnis.com, JAKARTA – Cuaca buruk yang terjadi sejak beberaa pekan terakhir menyebabkan ayam petelur menderita sejumlah penyakit yang memicu kenaikan harga telur di tingkat peternak.
Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko mengatakan kenaikan harga ini akibat peternak mengalami permasalahan terhadap ayam petelur. Permasalahan peternak juga menyangkut kesehatan ayam.
“Telor banyak penyakit sehingga produksi turun,” kata Singgih kepada Bisnis, Kamis (16/2/2018).
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan mencatat pada 15 Februari, harga telur ayam mencapai Rp24.286 per kg. Sementara pada hari sebelumnya Rp24.165 per kg.
Adapun dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag ) Nomor 27 Tahun 2017 menentukan harga jual telur ayam di tingkat petani sebesar Rp18.000 per kg, sementara di tingkat konsumen seharga Rp22.000 per kg.
Selain itu, menurut data Pinsar, harga telur ayam di tingkat peternak kawasan Jabotabek dan Banten berkisar Rp20.800 per kg - 21.000 per kg.
Sebelumnya, pihaknya melaporkan dugaan adanya pengusaha peternakan ayam skala besar ke Kemendag akibat dugaan membanting harga jual ayam yang mengakibatkan meruginya peternak mandiri.
Dia mengaku telah menghubungi Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag untuk menyampaikan keluhan tersebut. Padahal saat ini produksi ayam normal sehingga tidak memiliki alasan kuat untuk menjual harga di bawah ketentuan. Pihaknya berharap ada sikap tegas pemerintah untuk mengembalikan kesejahteraan peternak, termasuk ternak ayam.
“Ayam broiler yang berbudi daya ada peternak rakyat dan perusahaan integrateed. Mereka [pengusaha ternak skala besar] banting harga jual di bawah batas,” kata Singgih.