Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Belanja Daring Marak, Peritel Tetap Incar Dagang di Mal

Stefanus Ridwan, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), mengatakan jika pusat perbelanjaan atau mal masih dipilih sebagai tujuan ekspansi kalangan peritel menjadi indikasi jika bisnis eceran ikut menopang perbaikan kondisi ekonomi.
Ilustrasi./.Bloomberg
Ilustrasi./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA- Stefanus Ridwan, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), mengatakan jika pusat perbelanjaan atau mal  masih dipilih sebagai tujuan ekspansi kalangan peritel menjadi indikasi jika bisnis eceran ikut menopang perbaikan kondisi ekonomi.

“Baguslah, artinya ekonomi berjalan, buat kami mal juga menyerap tenaga kerja banyak, kalau masih [tujuan ekspansi], bagus,” kata Stefanus kepada Bisnis, Senin (12/2/2018).

Dia meyakini bahwa masih banyak pihak yang ingin membuka toko offline, masalahnya adalah terkait waktu dan lokasi yang tepat.

“Perlu serius sekali memilihnya, yang cocok dengan barangnya,” katanya.

Stefanus mengatakan ritel saat ini melakukan strategi untuk menutup toko yang tidak terlalu menguntungkan kemudian membuka toko lagi yang lebih menguntungkan.

“Tetap pembelinya banyak, pasar Indonesia pasar yang bagus, rakyatnya banyak, daya belinya lumayan tinggi, pasti kalau ritel itu yang gampang dihitung, kalau desainnya bagus pasti laku,” katanya.

Dia menambahkan tren yang berkembang saat ini yaitu toko yang banyak masuk adalah mini anchor tenant yang luasnya tidak lebih dari 2.000 meter persegi, seperti Uniqlo.

“Trennya sekarang desain bagus, bahan juga bagus, harganya affordable, jangan terlalu mahal, orang pasti beli,” ujarnya.

Sementara itu, . pemain ritel masih ekspansif pada tahun ini,  PT Mitra Adiperkasa Tbk., berencana menambah tokonya dengan mempertimbangkan banyak faktor terutama lokasi.  

Fetty Kwartati, Director Investor Relations & Corporate Communication PT Mitra Adiperkasa Tbk., mengatakan ekspansi toko masih akan dilakukan dimana pada 2018 dengan target 60.000 meter persegi yang terdiri dari beberapa format yaitu fesyen, sports dan food & beverage.

“Jumlah tokonya kurang lebih 200-an, besaran tokonya 200-300 meter persegi, karena kami tidak buka department store, jadi lebih kecil-kecil,” ujarnya, kepada Bisnis.  

Fetty mengungkapkan lokasi menjadi salah satu faktor penting dalam melakukan ekspansi. Ke depan, perusahaan ritel multiformat ini akan melakukan startegi berdasarkan kebutuhan yang ada.

“Formatnya bisnis MAP sendiri bervariasi, jadi ada brand yang harus ada di mal, ada brand yang tidak bisa di mal. Jadi itu dengan bervariasinya bisnis portfolio kami, secara lokasi juga bisa bergeser,” jelasnya.

Dia mencontohkan untuk toko produk olah raga (sports), akan dilihat ebrabgai kemungkinan seperti di ruko, department store pihak lain, dan lainnya. Kemudian, untuk Starbucks, ujarnya, posisi di mal memang memberikan keuntungan dari sisi trafik. Namun pihaknya mengatakan saat ini sudah ada pergeseran ke lokasi seperti gedung perkantoran, jalan tol, bandara, stasiun kereta, rumah sakit, dan kampus.

“Nanti memang porsinya tidak semua di mal, mulai perlahan-lahan, porsi non mal juga meningkat,” ujarnya.  

Dia mengatakan terkait tujuan ekspansi mayoritas masih di Pulau Jawa, namun sudah ada ekspansi ke kota-kota kecil lain di luar Pulau Jawa.

Lokasi toko MAP sendiri tersebar di 70 kota seluruh Indonesia, terutama yang paling besar adalah Jakarta dengan 65%. Untuk di luar Jakarta, 20% masih ada di Pulau Jawa, sehingga 85% di Pulau Jawa. Lainnya, ada di Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

“Tentu tidak semua brand ada di semua kota, jadi disesuaikan dengan kapasitas tokonya, kemampuan customer untuk membeli. Lalu, secara logistik bagaimana, kira-kira cukup efisien atau tidak,” jelasnya.

Fetty menjelaskan dari lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia, mayoritas memang berada di mal.

“Lokasinya memang kebanyakan di mal, di prime mall, mall kelas A. Kemudian, mall B, dan mal C. Dimana MAP menyewa space di mal tersebut,” ujarnya.

Dia menjelaskan untuk posisi toko-toko MAP di mal masih menjadi anchor tenant karena rata-rata luasannya di mal kelas A ini mencapai 30%.

Walaupun selama tiga tahun terakhir, perusahaan melakukan penutupan toko, Fetty mengatakan penutupan yang dilakukan untuk toko yang kecil-kecil, kecuali Debenhams untuk yang besar.

 

“Jadi secara total luasan tetap besar dan tetap menjadi anchor tenant, memang ada beberapa toko yang di mal ini sudah berkurang,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Agne Yasa

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper