Bisnis.com, JAKARTA—Pertumbuhan industri petrokimia dalam negeri diproyeksikan lebih baik pada tahun ini. Pemilihan kepala daerah menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan tersebut.
Achmad Sigit Dwiwahjono, Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian, mengatakan pihaknya menargetkan industri petrokimia bisa tumbuh 7,6% sepanjang tahun ini.
"Kami belum berani menargetkan tumbuh terlalu tinggi karena impor masih banyak," katanya di sela-sela seminar Outlook Perekenomian Indonesia dan Industri Petrokimia 2018 di Jakarta, Senin (5/2/2018).
Saat ini, produsen bahan baku plastik di Indonesia hanya ada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. dengan kapasitas ethylene sebesar 860.000 ton per tahun dan propylene sebesar 470.000 ton per tahun. Apabila proyek pembangunan pabrik naptha cracker Chandra Asri dan Lotte Chemical rampung pada 2021, Sigit menyebutkan bakal ada tambahan bahan baku yang cukup signifikan sehingga bisa mendorong pertumbuhan hingga dua digit.
"Demand kita 5 juta ton per tahun, sedangkan kemampuan cracker hanya satu, yang dimiliki Chandra Asri dan ada juga dari Pertamina yang kecil sekali, totalnya hanya sekitar 1 juta ton. Jadi, Indonesia masih impor sebesar 4 juta ton," katanya.
Menurutnya, apabila kapasitas produksi bertambah dari Chandra Asri dan Lotte Chemical masing-masing sebesar 1 juta, maka secara total produksi etylene dalam negeri sebesar 3 juta dan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku hingga 50%.