Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERDAGANGAN BEBAS: Pemanfaatan FTA Belum Maksimal, Ini Kata Kemendag

Pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas yang telah ditandatangani antara Indonesia dan sejumlah negara dinilai belum dimanfaatkan secara maksimal.
Aktivitas bongkar muat di terminal peti kemas Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu petang (6/12)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Aktivitas bongkar muat di terminal peti kemas Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu petang (6/12)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA – Pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas yang telah ditandatangani antara Indonesia dan sejumlah negara dinilai belum dimanfaatkan secara maksimal.

Catatan Indonesia fo Global Justice (IGJ) mengungkapkan rata-rata pemanfaatan free trade agreement (FTA) untuk mendorong kinerja ekspor masih sangat rendah yaitu hanya sebesar 30% sampai 35%.

Contohnya saja untuk Asean FTA yang coverage rate 100%, tetapi utility rate dan utilization rate hanya 30,43%. Kemudian, Asean-China-FTA yang coverage rate 95,17% tetapi utility rate hanya 34,24% dan utilization rate hanya 35,98%.

Ni Made Ayu Marthini, Direktur Perundingan Bilateral, Direktur Jenderal Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, mengatakan terdapat beberapa faktor penyebab mengapa utilisasi FTA rendah.

Faktor tersebut yaitu ketidaktahuan, tidak mau repot, dan sudah nyaman dengan kondisi yang ada. Untuk itu, pihaknya terus mendorong pemanfaatan FTA di kalangan pengusaha.

“Jadi kalau bisa dimanfaatkan, kami sudah negosiasi setahun, tiga tahun, 5 tahun, 7 tahun, tapi kalau tidak dimanfaatkan mubazir, orang lain yang manfaatin, ke kita dia nol. itu pentingnya, [penyebab] teknisnya karena pengetahuan,” katanya.

Dia mengatakan pihaknya memiliki keinginan untuk menghadirkan inovasi seperti portal website agar informasi terkait FTA ini dapat diakses oleh para pelaku usaha.

“Saya lihat Australia buat, kami mau contoh, itu gampang, dan zaman nteknologi bisa diakses lewat perangkat telepon pintar, ujungnya mendorong,” katanya.

Menurut IGJ, rendahnya pemanfaatan preferential FTA menindikasikan rendahnya daya saing khususnya sektor industi atau manufaktur di Indonesia.

Namun, Made menganggap daya saing merupakan hal yang berbeda. Untuk itu, menurutnya perlu ada refleksi atau evaluasi untuk menggali solusi dari permasalahan yang ada.

“Tantangannya kita harus tahu apa yang kita mau, perlu ada kesiapa negosiator [mengetahui keunggulan agar FTA maksimal]” katanya.

Sementara itu, Shinta Widjaja Kamdani, Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kadin Indonesia, mengatakan hingga saat ini pemanfaatan FTA ini belum dilakukan secara maksimal bahkan di Asean yang sudah ada. Namun menurutnya, bukan berarti negosiasi pasar yang lain jadi tertunda.

“Sudah diambil Vietnam berapa banyak, makanya harus berjalan bersamaan, sambil memperkuat bagaimana kita bisa memanfaatkan lebih banyak, ini proses perjanjian dengan negara lain harus tetap jalan," katanya

Dia mengatakan adanya FTA namun jika produk belum siap untuk masuk ke pasar juga menjadi masalah. Untuk itu, Indonesia perlu mengetahui produk apa yang menjadi unggulan. Selain itu, perlu ada usaha untuk mempersiapkan produk dan industri yang ada.

“Kita sudah ketinggalan kereta, semua harus dipercepat dan jalan secara paralel,” katanya.

Dia mengatakan terkait daya saing terutama manufaktur dipengaruhi berbagai faktor, mulai dari infrastruktur, upah buruh, konektivitas, dan lainnya.

“Perbaikan ini juga harus dilakukan,” katanya.

Menurutnya, konsep pemerintah sudah berada di jalur yang benar lewat berbagai kebijakan yang dikeluarkan untuk kemudahan berusaha dan memperkuat industri.

“Cuma ini jalannya belum maksimal, konsep ada, impelementasi kurang. Harus semua pihak,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Agne Yasa

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper