Bisnis.com, JAKARTA - Proyek pembangunan Cruise Terminal Tanjung Benoa, Bali, terus digenjot. Pada pekan pertama Februari 2018 proses tender kapal keruk besar atau dredgel vessel bakal digelar.
Proyek senilai Rp1,7 triliun ini dimulai pada September 2017. Direktur Utama PT Pelindo III I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan BUMN tersebut tengah mengupayakan perluasan izin keruk lahan, dari 3 juta kubik menjadi 5,8 juta kubik.
"Saat ini kita hanya dapat 3 juta kubik lahan yang kita keruk, padahal kita butuh sekitar 5,8 juta kubik. Jadi, yang 2,8 juta kubik sedang diurus," kata Askhara saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia di Karet Tengsin, Jakarta Pusat, Selasa (30/1/2018).
Dia berharap proses perizinan untuk 2,8 juta kubik dari sisa kebutuhan untuk pembangunan terminal kapal pesiar bisa terpenuhi pertengahan tahun ini.
Terminal Kapal Pesiar Tanjung Benoa ditargetkan selesai dan bisa digunakan pada Oktober 2018. Dengan demikian, diharapkan cruise terminal pertama di Indonesia tersebut bisa digunakan dalam pertemuan tahunan Internasional Monetary Fund (IMF-World Bank) group, yang rencananya dilaksanakan pada 8-14 Oktober 2018.
Askhara melanjutkan Bali sebagai tujuan utama pariwisata Indonesia, sudah selayaknya memiliki dermaga yang bisa melabuhkan kapal pesiar berkapasitas ribuan penumpang.
Kapal pesiar yang dimaksud salah satunya merujuk pada Genting Dream, armada bermuatan 4.700 orang yang setiap 2 pekan singgah di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, dan Celukan Bawang, Bali.
Pembangunan terminal kapal pesiar ini, sambung Askhara, lebih berorientasi pada pengembangan pariwisata. Nantinya, tak hanya Pelindo III yang diharapkan meraup untung. Industri setempat pun diprediksi bergairah sebab dituntut untuk memenuhi konsumsi ribuan penumpang kapal pesiar.
"Jadi nanti kita harapkan, kalau [Cruise Terminal] Tanjung Benoa jadi, itu [penumpang kapal pesiar] dari Hong Kong atau China bisa langsung ke Benoa," ujarnya.