Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peternak Minta Pemerintah Tegas Tidak Impor Ayam

Pelaku usaha peternakan berharap pemerintah tidak menerbitkan rekomendasi impor ayam meskipun Indonesia kalah dari Brasil dalam forum perdagangan WTO.
Pekerja mengambil telur di kandang ayam di Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (25/9)./ANTARA-Adeng Bustomi
Pekerja mengambil telur di kandang ayam di Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (25/9)./ANTARA-Adeng Bustomi

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha peternakan berharap pemerintah tidak menerbitkan rekomendasi impor ayam meskipun Indonesia kalah dari Brasil dalam forum perdagangan WTO.

Sebagaimana diketahui, putusan final kasus sengketa Indonesia-Brasil (DS484) telah disirkulasikan oleh Panel WTO pada 17 Oktober 2017. Pada kasus tersebut, Brasil mengajukan sembilan gugatan terhadap ketentuan kebijakan Indonesia tentang importasi produk hewan.

Panel tersebut meluruskan Brasil memenangkan empat gugatan terhadap ketentuan impor Indonesia yang dianggap bertentangan dengan Perjanjian WTO. Sementara itu, lima ketentuan lainnya ditolak karena Brasil dianggap gagal membuktikan ketentuan tersebut bertentangan dengan Perjanjian WTO.

Ketua Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara (PPUN) Dudung Rahmat dengan tegas mengatakan pihaknya pun menolak impor. Dia berharap banyak agar pemerintah bisa menemukan cara untuk menangkis impor ayam dari Brasil.

“Kita serahkan pemerintah bagimana menolaknya kan gitu, bagaimana melobinya,” katanya.

Terkait kehalalan Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional Herry Dermawan mengatakan hal ini sudah tidak bisa dijadikan tameng karena Brasil sebagai negara pengimpor juga telah memiliki badan tersendiri yang mengurus terkait halal tidaknya suatu produk.

 Untuk itu, Indonesia harus bisa bersaing dari segi produksi karena biaya produksi di Brasil jauh lebih rendah dibandingkan di dalam negeri.

 “Tahu nggak harga [pakan ternak] jagung di kita berapa? Antara Rp4.500 sampai dengan Rp5.000. Kalau sekarang saya beli jagung dari Brasil sampai di Indonesia paling mahal cuma Rp3.000-3.200. Jadi sudah beda Rp2.000,” katanya

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper