Binsis.com, JAKARTA - Pemerintah telah menetapkanan lima proyek hulu minyak dan gas bumi (migas) di Tanah Air sebagai proyek strategis nasional yang harus dipercepat penyelesaiannya.
Proyek-proyek ini ditetapkan melalui Perpres No. 58/2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang efektif sejak 15 Juni 2017 setelah dikaji oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas.
Berikut ini lima proyek hulu migas strategis yang dikutip dari data SKK Migas, yaitu:
1. Lapangan Jangkrik, Blok Muara Bakau
Proyek lapangan gas lepas pantai ini terletak di Selat Makassar yang dioperatori oleh perusahaan migas asal Italia, Eni.
Proyek yang dioperasikan Eni Muara Bakau B.V ini mulai beroperasi sejak Mei 2017 (6 bulan lebih awal dari target). Lapangan ini menghasilkan gas sebanyak 600 juta kaki kubik (MMscfd) dan kondensat sebanyak 3200 barel per hari.
Gas dari Lapangan Jangkrik ini disalurkan ke Kilang LNG Badak di Bontang, Kalimantan Timur. Setengah dari produksinya pun digunakan untuk memasok kebutuhan dalam negeri.
Nilai investasi Lapangan Jangkrik mencapai US$3,77 miliar sebagai modal dan US$1,36 miliar untuk operasi. Nilai itu pun sudah termasuk biaya pembangunan fasilitas sebesar US$2,6 miliar.
2. Pengembangan Laut Dalam (Indonesia Deepwater Development/IDD)
Proyeklaut dalam yang dioperatori oleh Chevron ini berlokasi di Selat Makassar.IDD adalah proyek pengembangan lima lapangan laut dalam di Selat Makassar yang terdiriatas lima lapangan, yaitu Lapangan Bangka, Gehem, Gendalo, Maha, dan Gadang.
Salah satu dari lima lapangan gas dalam proyek IDD, yaitu Lapangan Bangka, telah mulai beroperasi Agustus 2017. Lapangan Bangka menghasilkan gas 100 MMscfd dan kondensat 4.000 bph.
Dua sumur bawah laut Lapangan Bangka terhubung ke West Seno, sebuah unit terapung yang menyalurkan produksi ke terminal Santan dan Bontang untuk memenuhi kebutuhan domestik.
3. Lapangan Jambaran-Tiung Biru, Blok Cepu
Lapangan migas yang dioperatori oleh PT Pertamina EP Cepu ini berlokasi di Bojonegoro, Jawa Timur.
Lapangan Jambaran Tiung Biru merupakan gabungan wilayah kerja Cepu dan Pertamina EP. Cadangan gasnya mencapai 2 triliun kaki kubik (tcf) dan memegang predikat proyek gas di darat (on shore) terbesar di Indonesia dalam 10 tahun terakhir.
Saat ini PT Pertamina EP Cepu selaku operator terus membangun fasilitas produksi. Rencananya kapasitas lapangan ini akan mencapai 330 MMscfd dan akan mulai beroperasi awal 2021.Fasilitas produksi di Lapangan Jambaran Tiung Biru sedang dalam proses konstruksi.
Investasi untuk pengembangan ini mencapai US$1,547 miliar. Angka ini belum termasuk biaya pembangunan pipa Gresik-Semarang dengan nilai investasi US$515 juta.
4. Kilang Tangguh Train 3
Proyek ini bertujuan untuk menambahkan satu fasilitas produksi LNG (train) di kilang LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Sebelumnya, dua train sudah beroperasi sejak 2009 dan mampu memproduksi 7,6 metric tons per annum (mtpa). Melalui proyek ini, produksinya ditargetkan meningkat menjadi 11,4 mtpa.
Tangguh Train 3 adalah satu dari dua final investment decision (FID) proyek LNG dunia yang disepakati tahun 2016 (World LNG Report 2017).
Investasinya mencapai US$8 miliar dan dibuat saat harga minyak rendah dan minat investasi proyek LNG yang mahal sedang rendah.
Sebesar 75% produksi tahunan Train 3 ini akan dipasok ke PLN untuk memenuhi pasokan listrik tanah air. Selain itu, sebesar 20 MMscfd gas akan dipasok ke Papua Barat untuk menyuplai 50% kebutuhan listriknya.Proyek ini dijalankan oleh BP, perusahaan migas asal Inggris.
5. Lapangan Abadi, Blok Masela
Proyek yang dioperatori oleh Inpex Masela Ltd. ini berlokasi di Laut Arafuru, Maluku. Lapangan Abadi ini berlokasi sekitar 650 kilometer dari Ambon. Karena lokasinya yang berada di wilayah perintis, pengembangan ini diharapkan dapat turut memupuk perekonomian di kawasan tersebut.
Saat ini rencana pengembangan Lapangan Abadi masih terus digodok oleh Inpex Masela Ltd. selaku operator.