Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kerek Proyeksi PDB Global, IMF Tetap Minta Ini

Kendati ada perkembangan yang positif dalam perekonomian global, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) meminta agar upaya reformasi struktural tetap dijalankan.
International Monetary Fund (IMF)/Istimewa
International Monetary Fund (IMF)/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Kendati ada perkembangan yang positif dalam perekonomian global, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) meminta agar upaya reformasi struktural tetap dijalankan.

Maurice Obstfeld, Kepala Ekonom IMF, meminta agar para pemimpin politik dan pembuat kebijakan tetap sadar bahwa momentum ekonomi saat ini mencerminkan pertemuan dari beberapa faktor yang tidak mungkin berlangsung lama.

Menurutnya, krisis keuangan global bisa terjadi kapan saja. Harus ada tindakan cepat dengan mengatasi hambatan struktural pertumbuhan, meningkatkan inklusivitas, dan membangun bantalan kebijakan dan ketahanan.

“Tanpa itu, tekanan berikutnya akan datang lebih cepat dan sulit untuk diperjuangkan,” kata Obstfeld saat peluncuran World Economic Outlook (WEO) Update Januari 2018, seperti dikutip Selasa (23/1/2018).

Dia menyatakan setiap pemerintah setidaknya harus bertanya tiga hal kepada diri sendiri. Pertama, bagaimana kita bisa meningkatkan efisiensi ekonomi dan tingkat output dalam jangka panjang?

Kedua, bagaimana kita dapat mendukung ketahanan dan inklusivitas sembari mengurangi kemungkinan bahwa kenaikan saat ini bisa berakhir dengan perlambatan yang mendadak atau bahkan krisis baru?

Ketiga, bagaimana kita bisa menjamin adanya alat kebijakan yang akan dibutuhkan untuk menghadapi penurunan berikutnya?  

Seperti diketahui, IMF, melalui WEO Update yang dirilis pada Senin (22/1/2018) di Davos, Swiss – bersamaan dengan pertemuan World Economic Forum 2018 - kembali mengerek proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini.

IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini dan 2019 sebesar 3,9%. Proyeksi itu secara otomatis naik sekitar 0,2% dibandingkan estimasi dalam WEO yang dirilis pada Oktober 2017 sebesar 3,7%. Selain itu, IMF juga mengerek estimasi pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu dari sebelumnya 3,6% menjadi 3,7%.

Adapun untuk pertumbuhan ekonomi Asean 5 – yang mencakup Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam – pada 2018 dan 2019 diestimasi sebesar 5,3%. Jika dibandingkan dengan WEO sebelumnya, kenaikan proyeksi 0,1% hanya untuk tahun ini.

Dalam jangka pendek, lanjut Obstfeld, sumber utama percepatan laju PDB berada di Eropa dan Asia. Peningkatan kinerja juga terjadi di AS, Kanada, dan beberapa negara berkembang, terutama Brasil, Rusia, serta Turki.

UU terkait perpajakan AS baru-baru ini, terangnya, akan memberikan kontribusi nyata terhadap pertumbuhan Negeri Paman Sam beberapa tahun ke depan. Ini terutama dikarenakan insentif investasi luar biasa sementara yang ditawarkan.

Perdagangan, sambung Obstfeld, akan tumbuh lebih cepat dibandingkan pendapatan global. Hal ini sebagian didorong oleh investasi global yang tinggi dan naiknya harga komoditas, sehingga akan memberikan keuntungan bagi negara-negara yang bergantung pada ekspor komoditas.

Perkembangan saat ini, tegasnya, tidak muncul secara kebetulan. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan makroekonomi akomodatif yang mendukung sentimen pasar dan mempercepat pemulihan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper