Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Bahan Baku Petrokimia Terus Dipacu

Pemerintah terus berupaya untuk memperkecil kesenjangan antara produksi bahan baku petrokimia di dalam negeri dan impor.
Suasana pengolahan minyak bumi./JIBI
Suasana pengolahan minyak bumi./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah terus berupaya untuk memperkecil kesenjangan antara produksi bahan baku petrokimia di dalam negeri dan impor.

Kementerian Perindustrian misalnya menargetkan kebutuhan etilen dalam industri dapat terpenuhi di dalam negeri pada 2021—2022.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan seiring dengan peningkatan kapasitas kilang penghasil produk petrokimia, kebutuhan dalam negeri akan dapat dipenuhi secara mandiri. 

"Pada 2021 atau paling lambat 2022 produksi etilen mencapai 2 juta ton, sehingga bisa mencukupi kebutuhan industri kimia di dalam negeri," kata Sigit kepada jurnalis di Tangerang Selatan, Kamis (18/1).

Etilen dibutuhkan oleh pabrikan sebagai bahan pembuat kemasan dan plastik. Produksi etilen didapatkan dari bahan baku nafta.

Realisasi peningkatan produksi petrokimia akan mempersempit defisit neraca perdagangan dari sektor kimia, tekstil dan aneka. Ketersediaan bahan baku petrokimia juga diharapkan dapat menghasilkan diversifikasi produk olahan baru yang meningkatkan daya saing Indonesia. 

Saat ini, produk petrokimia menyumbangkan ekspor US$41 juta. Sementara itu, nilai impor bahan baku tekstil, plastik dan olahan kimia lainnya dapat mencapai US$170 juta. 

"Untuk itu kami fokus melakukan substitusi impor termasuk mendorong pembangunan pabrik [petrokimia] baru," katanya.

Sementara itu untuk 2018, Sigit mengatakan sektor tekstil, petrokimia dan aneka diperkirakan dapat tumbuh 4,5%. Capaian ini berada di bawah target Kementerian Perindustrian yang mencapai 5,67%. 

Target ini juga lebih rendah ini karena masih beratnya persoalan yang dihadapi oleh sektor tekstil dan olahan karet. "Kedua sektor ini ditargetkan tumbuh 3%," katanya.

Adapun yang akan didorong untuk mendongkrak kinerja adalah sektor petrokimia dan farmasi. Kemenperin memperkirakan kedua sektor ini dapat tumbuh di atas 7%. 

Nilai investasi di sektor industri kimia, tekstil, dan aneka (IKTA) pada tahun ini diperkirakan mencapai Rp117 triliun atau naik dari realisasi  2017 yang diperkirakan mencapai Rp94 triliun. Proyeksi penanaman modal dari sektor IKTA tahun ini bakal menyumbang sekitar 33% terhadap target investasi secara keseluruhan pada kelompok manufaktur nasional sebanyak Rp352 triliun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Editor : Ratna Ariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper