Bisnis.com, JAKARTA - Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta akan meminta penjelasan manajemen Jakarta International Container Terminal (JICT) menyusul adanya informasi sejumlah kapal yang mengalami keterlambatan atau delay dilayani di terminal tersibuk itu, sejak awal bulan ini.
“Saya lihat dulu datanya, nanti kami pelajari dan cek langsung ke JICT untuk minta klarifikasi terlebih dahulu. Soalnya, sampai kemarin laporan dari petugas OP Priok di lapangan kondisi opersional di JICT masih berjalan seperti biasa,” ujar Kepala OP Tanjung Priok Arif Toha Tjahjagama kepada Bisnis, Selasa (9/1/2018).
Delay kapal terjadi lantaran merosotnya produktivitas JICT yang saat ini hanya 14,07 gerakan peti kemas per jam/move per hour (mph) dari sebelumnya rata-rata 26 mph, pasca peralihan operator alat bongkar muat mulai 1 Januari 2018.
Informasi yang diperoleh Bisnis, setidaknya terdapat 13 kapal mengalami delay layanan di JICT sejak 1 Januari 2018 yakni; CMA-CGM LA SCALA 115 (delay 44 jam), SM Jjakarta 1705E (delay 10 jam), Wanhai 216 N341 (delay 4 jam), Meratus Tomini 1801N (delay 6 jam), Northern Volution 1713N (delay 10 jam), MSC Imma HC752R (delay 7 jam), Princess of luck 008N (delay 24 jam), dan Sinar Sumba 482S (delay 10 jam).
Kemudian, MV.Bremen Helle 545 SEW (delay 19 jam), Cucko hunter 260QAN (delay 33 jam), Cosco Izmir 029N (delay 31 jam), MV.Star river 0020N (delay 41 jam), dan VNL Ruby 1705E (delay 19 jam).
Terhitung 1 Januari 2018, manejemen JICT melakukan peralihan tenaga outsourcing operator alat bongkar muat jenis rubber tyred gantry crane (RTGC) di terminal. Sebelumnya, vendor operator alat bongkar muat di JICT adalah PT Empco Logistic.
Namun, setelah dilakukan tender secara transparan, manajemen mengalihkannya ke PT Multi Tally Indonesia (MTI).
Dikonfirmasi Bisnis (9/1/2018) secara terpisah, Wakil Dirut PT JICT Riza Erivan belum bersedia mengomentari lebih jauh. “Saya cek dulu ya,” ujarnya.
Pada Senin (8/1/2018) manajemen JICT telah menyampaikan permohonan maaf atas terjadinya pelambatan sementara terhadap produktivitas kegiatan penerimaan dan pengeluaran peti kemas atau receiving/delivery (R/D) di terminal karena adanya penyesuaian petugas operator peralatan bongkar muat di terminal sejak awal bulan ini.
Namun, JICT menargetkan seluruh kegiatan R/D itu sudah berjalan normal dengan tingkat produktivitas yang sudah ditetapkan Kementerian Perhubungan pada awal Februari 2018.
"Kami akui ada pelambatan kegiatan receiving/delivery dan itu sifatnya hanya sementara. Hal ini dampak peralihan operator di JICT. Perlu waktu untuk operator baru menyesuaikan dengan pekerjaan baru walaupun tidak semuanya baru. Kami mohon maaf atas kelambatan ini dan kami harapkan situasi ini tidak terlalu lama," ujarnya Riza.