Bisnis.com, JAKARTA — Tiga negara produsen karet sepakat untuk kembali memangkas ekspor karet sebesar 350.000 ton sampai dengan Maret 2018.
Indonesia, Malaysia, dan Thailand yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC), sepakat kembali menerapkan Agreed Export Tonnage Scheme atau pembatasan ekspor karet pada Desember hingga Maret 2018 untuk mengerek harga komoditas tersebut.
Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Kementerian Perdagangan Deny Wachyudi Kurnia menjelaskan dalam pembatasan ekspor tersebut Indonesia mendapatkan jatah 95.190 ton. Sementara, Thailand 234.810 ton dan Malaysia 20.000 ton.
Dia mengungkapkan kesepakatan tersebut dihasilkan dalam pertemuan ITRC yang berlangsung di Bangkok, Thailand, Jumat (22/12/2017. Pihaknya menyebut masih akan meminta dukungan Vietnam sebagai produsen besar karet lainnya yang baru saja bergabung ke dalam ITRC beberapa waktu lalu.
“Kita akan ke vietnam nanti utk minta dukungan. Sedang minta jadwal yg mereka siap terima kita di Hanoi,” ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (22/12/2017).
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo sebelumnya menjelaskan langkah yang ditempuh negara produsen karet bertujuan untuk mengembalikan harga karet pada jalurnya. Kebijakan tersebut bersifat jangka pendek dan diyakininya bakal mengerek harga komoditas itu.
“Saya kira harga bisa berpeluang mendekati 200 yen per kilogram dalam beberapa bulan pembatasan ekspor,” jelasnya.
Berdasarkan data Bloomberg, harga karet sepanjang tahun ini terus mengalami penurunan terhitung sejak mencapai puncaknya di level 351,4 yen per kilogram (/kg) pada Februari 2017. Pada awal Desember 2017, harga tertahan di posisi 203,5 yen/kg.
Seperti diketahui, ITRC beranggotakan tiga negara utama produsen karet, yakni Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Thailand merupakan negara produsen karet terbesar di dunia dengan total produksi sekitar 4,1 juta ton.
Adapun, Indonesia berada di posisi kedua dengan output sebesar 3,1 juta ton, diikuti Malaysia di posisi ketiga dengan produksi per tahun 720.000 ton.
Skema AETS terakhir diterapkan pada Maret 2016 - Agutus 2016 untuk mengangkat harga karet global yang sempat jatuh hingga di bawah US$1 per kilogram. Skema tersebut diklaim berhasil mengerek harga sampai menembus level US$2 per kilogram.