Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun Depan, Proteksionisme dan Tuduhan Dumping Masih Ganjal Pabrikan Kertas

Produsen pulp dan kertas masih akan menghadapi tantangan kebijakan proteksionisme dan tuduhan dumping berbagai negara.
Industri tisu./JIBI-Wahyu Darmawan
Industri tisu./JIBI-Wahyu Darmawan

Bisnis.com, JAKARTA—Produsen pulp dan kertas masih akan menghadapi tantangan kebijakan proteksionisme dan tuduhan dumping berbagai negara.

“Sampai sekarang kita masih sibuk menghadapi tuduhan dumping. Kita sudah ajukan banding terhadap tuduhan AS ke WTO sudah dinyatakan kalah, sekarang tinggal yang Australia supaya ekspor kita tidak terkena BMAD,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia Aryan Warga Dalam, kepada Bisnis.com, Selasa (15/12/2017).

Di samping itu, berbagai negara lain juga mulai memasang bea masuk terhadap kertas asal Indonesia dengan tarif yang beragam, yakni berkisar 20%—70%. Akibatnya, produsen pulp dan kertas mesti mulai mencari pasar ekspor alternatif.

“Ekspor ke AS dan Australia sudah mulai turun drastis sekali sejak mulai dituduh dumping. Pasar yang masih bisa ditingkatkan masih di sekitar Asia Timur, Timur Tengah, dan Afrika,” ujarnya.

Menurutnya, pertumbuhan permintaan kertas di dunia secara umum relatif bergerak stagnan sepanjang tahun ini. Hanya, permintaan global terhadap beberapa kertas tisu dan kertas kemasan tumbuh hampir dua digit.

“Permintaan kertas di dunia itu secara umum relatif stagnan, kecuali kertas tisu dan kertas kemasan. Tren pertumbuhan pasar kertas sekarang mengarah kepada dua itu,” ujarnya.

Aryan menyatakan permintaan global terhadap kertas tisu dan kertas kemasan dalam 2 tahun terakhir tumbuh dua digit. Menurutnya, kenaikan permintaan tersebut terdorong oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi global.

“Banyak negara berkembang yang ekonominya semakin membaik, peningkatan taraf hidup mereka mungkin menjadi faktor pendorong kenaikan konsumsi kertas tisu dan kertas kemasan,” ujarnya.

Produk pulp dan kertas asal Indonesia, ujarnya, hingga kini masih sulit untuk menembus pasar Amerika Latin. Di samping itu, harga gas untuk pengolahan kertas di Indonesia relatif tinggi ketimbang negara lain.

“Untuk menembus Amerika Latin kelihatannya sulit karena Brasil sangat mendominasi pasar di sana. Kapasitas terpasang mereka itu paling besar di dunia dan ketersediaan bahan baku dari hutan tanam industrinya melimpah,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper