Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Pertanian mengembangkan sapi Belgian Blue sebagai realisasi pengembangan teknologi dalam rangka introduksi jenis sapi baru di Indonesia.
Sapi Belgian Blue yang akan disilangkan dengan sapi lokal nantinya akan meningkatkan perototan sapi lokal, sehingga meningkatkan jumlah karkas dan menurunkan kandungan lemak pada daging.
Saat ini, pengembangan sapi Belgian Blue masih bersifat terbatas di UPT Lingkup Kementerian Pertanian. Sapi keturunan Belgian Blue—baik hasil transfer embrio (TE) maupun hasil persilangannya dengan bangsa lainnya—untuk saat ini akan dipelihara dan dibesarkan di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang yang merupakan salah satu UPT lingkup Ditjen PKH.
“Sapi keturunan BB jantan selanjutnya akan didistribusikan ke BBIB nasional untuk dijadikan sebagai penghasil semen setelah mendapatkan rekomendasi dari komisi bibit. Adapun, sapi keturunan BB betina akan dijadikan sebagai donor untuk produksi embrio,” Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita dalam rilis yang diterima Bisnis, Minggu (17/12/2017).
Kepala BET Cipelang Oloan Parlindungan Lubis menyampaikan pengembangan sapi Belgian Blue di BET Cipelang dilakukan melalui dua cara yaitu melalui pemanfaatan teknologi Inseminasi Buatan (IB) dan melalui teknologi Trasnfer Embrio (TE).
Inseminasi Buatan (IB) dengan semen beku BB dilakukan pada sapi-sapi FH, Limousin, Simmental dan PO, sedangkan untuk aplikasi TE dilakukan pada sapi resipien FH, Simmental dan Limousin.
Sebelumnya, telah lahir sapi Belgian Blue hasil TE yang diberi nama Gatot Kaca dan Srikandi. Gatot Kaca berjenis kelamin jantan dengan berat lahir 62,5 kilogram, sementara Srikandi berjenis kelamin betina dengan berat lahir 51 kilogram. Sapi Belgian Blue hasil TE ini merupakan sapi BB hasil TE pertama di Asia Tenggara.
Oloan menyebut hingga awal Desember 2017, terdapat 14 ekor sapi keturunan BB dengan rincian, 2 ekor merupakan hasil TE dan 12 ekor hasil persilangan semen beku BB dengan bangsa sapi yang lain.
“Sapi keturunan BB yang murni (hasil TE) keduanya lahir dengan operasi caesar, sedangkan sapi hasil persilangan dengan bangsa lain dapat lahir secara normal," kata dia.
Namun dengan diet pakan yang ketat pada trimester kebuntingan dapat dilakukan untuk menjaga berat lahir, sehingga sapi hasil TE kelak mampu lahir secara normal tanpa operasi.
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Sugiono menyampaikan keberadaan sapi keturunan BB di Indonesia diharapkan mampu menjadi harapan baru bagi upaya pemerintah dalam penyediaan protein hewani khususnya daging sapi. “Berbagai pengkajian akan dilakukan sebelum sapi BB ini dilepas ke masyarakat peternak”, ucapnya.