Bisnis.com,JAKARTA — Investasi sektor ritel makanan dan minuman di Indoenesia diprediksi masih bergairah pada 2018.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bidang Hubungan Internasional dan Investasi Shinta Widjaja Kamdani Shinta Kamdani mengungkapkan sejumlah peritel asing masih melirik investasi di Tanah Air. Namun, memang akan terjadi perubahan pola ekspansi gerai ritel seiring dengan perubahan pola konsumsi masyarakat.
Shinta menilai terjadi perubahan konsumsi kelas menengah di dalam negeri saat ini ke peningkatan pemenuhan kebutuhan leisure atau waktu luang. Oleh karena, investasi ritel asing yang masuk akan menyesuaikan dengan pola tersebut.
“Jadi yang masuk ke Indonesia pada 2018 akan lebih ke arah restoran. Beberapa merek fastfood seperti Jollibee asal Filipina sedang melakukan pendekatan ke Indonesia,” ujarnya di Gedung Permata Kuningan, Jakarta, Selasa (5/12).
Dia memprediksi minat investasi ritel fashion atau aksesoris di Indonesia bakal mengalami penurunan. Akan tetapi, para pemain yang sudah masuk ke Indonesia bakal tetap melakukan ekspansi.
“Saya rasa kalau yang sudah buka mereka pasti continue karena mereka tidak bisa cuma bukan satu gerai. Bisnis modelnya, seperti Lulu, tidak bisa cuma satu jadi harus menciptakan volume besar,” paparnya.
Kendati demikian, Shinta memperkirakan para pemain besar tidak akan melakukan ekspansi sebesar tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, akan banyak merger atau penyatuan yang dilakukan oleh para pemain besar.
Seperti diketahui, Data The Nielsen Company Indonesia pun memperlihatkan adanya kenaikan pengeluaran konsumen sebesar 34% di untuk makan dan minuman tahun ini. Sementara, Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menyebut pertumbuhan tenant makanan dan minuman hingga Agustus 2017 mencapai 10% atau menembus dua digit.