Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Faisal Basri menilai PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) tidak cocok disertakan dalam sinergi holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tambang, terlebih menjadi induk usaha.
Menurutnya, kalaupun Inalum akan melakukan sinergi lebih tepat dilakukan dengan perusahaan pemakai aluminium seperti di industri automotif dan pesawat terbang.
"Sinerginya di mana? Enggak ada. Idealnya kalau mau cepat, Inalum sinergi dengan pengguna aluminium seperti automotif dan pesawat terbang," ujarnya, Senin (27/11).
Dia menjelaskan, Inalum juga sebenarnya bukan merupakan perusahaan penambangan, melainkan pengolahan di sektor hilir. "Khusus tambang, Inalum bukan tambang tapi pemain di industri hilir. Inalum produksi aluminium di hilir industri, bukan tambang aluminium," imbuhnya.
Selain itu, holding BUMN di sektor manapun harus dicermati terlebih dulu, sehingga bisa sesuai dengan konsep dan tujuannya superholding meniru Temasek di Singapura.