Bisnis.com, JAKARTA—Industri mainan dalam negeri mulai terganggu dengan penjualan mainan secara online.
Ketua Umum Asosiasi Mainan Indonesia Sutjiadi Lukas mengatakan dengan kemajuan teknologi, masyarakat dapat membeli mainan dari China secara online. Hal ini dinilai merugikan industri mainan nasional.
"Pabrik China dapat menjual produk mereka dengan bebas di sini dengan harga yang murah karena tidak terkena cukai, sedangkan kami susah payah harus mengurus SNI," katanya kepada Bisnis.com, Kamis (23/11/2017).
Sepanjang tahun ini pertumbuhan bisnis mainan diperkirakan menurun dibandingkan dengan tahun lalu. Salah satunya disebabkan oleh lesunya permintaan masyarakat.
Selain itu, kebijakan lartas impor untuk beberapa komponen mainan, seperti komponen integrated circuit (IC), juga menjadi kendala produksi.
Untuk tahun depan, Lukas memproyeksikan bisnis mainan belum dapat pulih dengan adanya dampak penjualan secara online tersebut. Dia menyatakan asosiasi telah berupaya menjalin komunikasi dengan kementerian terkait untuk mengatasi masalah ini.
"Memang kemajuan teknologi ini tidak dapat dihindari, kami juga berusaha untuk bisa masuk ke sana. Saat ini belum banyak produsen yang menjual produknya secara online," ujar Lukas.
Terkait dengan investasi industri mainan, dia melihat prospek bisnis di Indonesia masih terbuka sangat lebar, salah satu faktor pendorongnya adalah angka kelahiran yang mencapai 4,5 juta per tahun. Selain itu, produk mainan impor masih mendominasi pasar dengan porsi sebesar 60% hingga 65%.