Bisnis.com, JAKARTA - Salah satu produsen logam terbesar di Negeri Tirai Bambu China Hongqiao Group Ltd. tengah mempertimbangkan relokasi fasilitas pengolahan aluminium ke negara lain. Indonesia menjadi salah satu negara yang berada dalam daftar utama.
CEO Hongqiao Zhang Bo mengatakan perusahaan telah mengurangi kapasitas produksinya setahun terakhir karena kebijakan pemerintah China untuk menekan kelebihan pasokan dan mengurangi polusi.
Berdasarkan Bloomberg, Jumat (17/11/2017), Zhang menyatakan pemindahan smelter yang tidak beroperasi ke negara Asia Tenggara menjadi salah satu solusi.
Langkah tersebut juga dinilai sesuai dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah komoditas sumber daya alam dengan mengolahnya di dalam negeri.
"Relokasi ke Indonesia sejalan dengan langkah pemerintah China yang mendorong ekspansi perusahaan ke luar negeri," ujarnya.
Dia menuturkan perusahaan yang dipimpinnya tengah berdiskusi dengan para investor di Indonesia. "Kami optimistis dengan proyeksi permintaan aluminium di Indonesia," kata Zhang.
Yi Zhu, analis Bloomberg Intelligence, menilai penutupan beberapa smelter Hongqiao tidak disebabkan karena teknologi mereka yang tidak baik atau tidak ekonomis, tetapi lebih karena tekanan politik.
"Pabrik swasta seperti Hongqiao akan menghadapi tekanan lebih besar dengan adanya reformasi supply-side. Jadi, memindahkan beberapa smelter ke luar negeri menjadi salah satu solusi," kata Yi.