Bisnis.com, JAKARTA – PT Arus Indonesia Raya (AIR) bekerja sama dengan Naval Energies tengah mengembangkan arus laut Indonesia untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga arus laut yang berpotensi di 10 lokasi dengan potensi sebesar 1,4 gigawatt.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, pemerintah menyambut baik rencana Naval Energies dan PT. AIR untuk mengembangkan industri energi arus laut di Indonesia. Dia meminta perusahaan tetap memperhatikan peraturan yang berlaku di Indonesia.
“Teknologi ini dapat menjadi salah satu pilihan dalam pengembangan energi arus laut di Indonesia untuk pencapaian target bauran dari energi terbarukan 23% ditahun 2025,” kata Rida kepada wartawan, Selasa (14/11/2017).
Rida Mulyana telah melakukan kunjungan lapangan ke salah satu perusahaan yang mengembangkan energi arus laut, yaitu Naval Energies, di Cherbourg, Perancis.
Energi arus laut yang dikembangkan oleh Naval Energies memiliki teknologi turbin sederhana, yaitu hanya memiliki satu bagian yang bergerak menggunakan air laut sebagai pelumas. Dengan teknologi itu, biaya operasi dan pemeliharaan lebih rendah jika dibandingkan menggunakan teknologi propeller.
Dengan menggunakan OpenHydro Open-Centre Turbine yang memiliki diameter 16 meter dan kecepatan arus sebesar 2-5 meter per detik, akan didapatkan listrik sebesar 2 mega watt (MW).
Baca Juga
“Dalam pengembangannya, turbin dapat dirangkai secara seri untuk mendapatkan kapasitas yang optimal.”
Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai topografi yang ideal untuk mengembangkan energi dari arus laut. Selat antara dua pulau menghasilkan potensi energi yang cukup besar.
Sebelumnya, terkait PLTAL, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyampaikan, saat ini telah ada investor dari Belanda yang akan membangun PLTAL berkapasitas 20 MW di Selat Larantuka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan harga 7,18 cent US$ per kWh.