Bisnis.com, JAKARTA— Indonesia dan China memperkuat kerja sama di sektor energi untuk mengembangkan potensi energi masing-masing negara. Salah satu sektor yang paling berpotensial dikembangkan adalah energi baru terbarukan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengatakan, pihaknya mendorong kerja sama dengan mempermudah perizinan. Menurutnya, sektor yang paling berpotensi untuk dikembangkan adalah energi baru terbarukan.
“Indonesia punya banyak sekali potensi energi, termasuk energi baru terbarukan. Kita menargetkan tahun 2025, bauran energi terbarukan mencapai 23%. Kita mengharapkan China dapat mengembangkan,” katanya di sela acara penandatangan kerja sama dengan Administrator National Energy Administration (NEA) China Nur Bekri di Jakarta, Senin (13/11).
Hal ini juga untuk mendorong investasi di bidang energi baru terbarukan. Pemerintah mencatat, total investasi energi baru terbarukan dari Januari-Oktober 2017 hanya mencapai Rp11,74 triliun, atau masih jauh dari target tahunan Rp20,28 triliun dan jauh lebih rendah dari realisasi sepanjang tahun lalu yang mencapai Rp21,25 triliun.
Padahal, investasi energi baru terbarukan dari 2014 hingga 2016 terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Sesuai catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pada 2014, nilai investasi energi terbarukan mencapai Rp8,63 triliun, lalu meningkat pada 2015 menjadi Rp13,96 triliun dan meningkat lagi di 2016 mencapai Rp21,25 triliun.
Kapasitas energi dari sektor energi baru terus meningkat. Kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) terpasang hingga Oktober 2017 telah mencapai 1.808,5 MW.
Baca Juga
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH), kini kapasitas terpasangnya mencapai 259,8 MW. Sedangkan, pembangkit tenaga listrik bioenergi kapasitasnya tercatat sebanyak 1.812 MW.
Dari 2014 hingga 2017 telah dibangun 471 unit pembangkit berbasis energi baru terbarukan dengan total kapasitas 38,9 MW. Tahun ini, terdapat total tambahan PLTP sebesar 215 MW. Tambahan tersebut, terdiri dari 2 PLTP yang telah beroperasi yaitu PLTP Ulubelu unit 4 (55 MW) dan PLTP Sarulla Unit 2 (110 MW) serta yang direncanakan.
Hingga saat ini, China ikut berinvestasi dalam proyek bidang ketenagalistrikan 35 megawatt, dalam 2 skema yaitu: EPC (Enginering, Procurement, and Construction) sebesar 3% dan IPP (Independent Power Producer) 36% dari total keseluruhan.
Tiongkok juga ikut berpartisipasi aktif dalam beberapa proyek di luar Proyek 35 GW, seperti: PLTU Banten I, PLTU Banten II, PLTU Banten III, PLTU I Jawa Barat, PLTU II Jawa Barat, PLTU I Jawa Tengah, dan beberapa PLTU besar lainnya di wilayah Indonesia.
Nur Bekri, Administrator NEA mengatakan, pihaknya mengharapakan kerja sama tersebut berjalan dengan baik untuk meningkatkan perkembangan potensi energi terbarukan kedua negara.
"Sebelumnya, kita telah melakukan pembicaraan dengan Menteri Jonan untuk mensukseskan kerja sama ini," katanya.