Bisnis.com, SURABAYA – Anak usaha PT Pembangkit Jawa-Bali yang bergerak di sektor operasional dan pemeliharaan, PT Pembangkit Jawa-Bali Services menargetkan cakupan pengelolan kerja dapat mencapai 15.600 megawatt pada 2021 mendatang.
Untuk itu, selain mendapat penugasan untuk melakukan operasional dan pemeliharaan dari induk usaha yaitu PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Pembangkit Jawa—Bali (PJB), PJB Services akan menjajaki perusahaan dan penyedia listrik captive power yang berdiri sendiri.
Saat ini, PJBS telah mengelola 5.236 megawatt pembangkit yang tersebar mulai dari Provinsi Aceh hingga Provinsi Maluku. Di antaranya, terdapat sebanyak 250 megawatt kapasitas pembangkit milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang merupakan penugasan khusus.
Direktur Utama PT Pembangkit Jawa-Bali Services (PJB) A. Djati Prasetyo mengungkapkan dalam beberapa tahun ke depan, PJBS akan mengelola proyek-proyek yang merupakan pembangkit milik PJBS sekaligus menggarap pembangkit mandiri.
“Selama ini kami mendapat penugasan dari PJB, lalu PJB Services itu harus mengikuti. Sekarang kami harus mulai berburu. Tahap ini kami mulai dari Jatim pad aperusahaan-perusahaan yang memiliki pembangkit captive power. Itu yang mulai kami kejar,” jelas Djati pada Bisnis, Kamis (2/11).
Djati menjelaskan di Jawa Timur sedikitnya ada 1.200 perusahaan yang memiliki captive power atau pembangkit sendiri. Perusahaan tersebut termasuk beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Petrokimia Gresik maupun pabrikan swasta yang menjamur di Jatim.
Baca Juga
Selama ini, pabrikan-pabrikan tersebut melakukan proses pemeliharaan dengan menggandeng pabrikan spare part yang memasok komponen pembangkit untuk mereka. Selain itu, pabrikan juga harus membayar lagi untuk jasa pemeliharaan.
Menurut Djati, PJBS mampu menawarkan biaya pemeriksaan dan pemeliharaan yang lebih efisien sehingga pembangkit captive dapat beroperasi secara andal dan maksimal. Dengan pemeliharaan yang optimal, pabrikan juga dapat terus berproduksi tanpa harus menghadapi risiko dari gangguan pembangkit.
“Potensinya [pasar captive power] sangat besar. Kami ingin menangkap konsumen dari sektor ini. Kalau harus melakukan perbaikan atau pemeliharaan rutin, PJBS sanggup. Dengan pemeliharaan, kita akan mampu menghindari risiko pengeluaran biaya yang lebih banyak jika ada pembangkit yang tidak beroperasi maksimal,” jelas Djati.
Adapun, untuk dapat mencapai kapasitas pengelolaan sebesar 15.600 megawatt pada 2021, PJB Service telah mulai memperkuat sumber daya manusia (SDM) melalui investasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perusahaan yang 98% sahamnya dimiliki PT PJB tersebut memperkuat personil lapangan dengan menempatkan lebih banyak pekerjanya di pembangkit-pembangkit yang kini telah dikelola PJBS. Meski target kapasitas pengelolaan pembangkit lebih besar, Djati menyebut perusahaan tetap berorientasi hasil yang efisien dan optimal.
Sementara itu, General manager PT PLN (Persero) Distribusi Jatim, Dwi Kusnanto menyampaikan perusahaan pembangkit pelat merah tersebut terus menempuh pembangunan untuk dapat mencapai kapasitas 35.000 megawatt. “PLN Jatim mengawal kesiapan dan pengembangan captive power,” ujar Dwi.