Bisnis.com, JAKARTA - Pengembangan riset kakao dalam negeri masih dihadapkan pada sejumlah tantangan, salah satunya masih minimnya daya adopsi terhadap teknologi hasil riset.
Direktur Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Misnawi menyampaikan pusat penelitian kakao telah bekerjasama dengan universitas dan instansi dalam dan luar negeri untuk mengembangkan riset kakao. Namun, yang menjadi tantangan saat ini adalah bagaimana agar hasil riset dapat dimanfaatkan oleh petani kakao.
Misnawi mengatakan kebun kakao didominasi oleh perkebunan rakyat. Daya adopsi petani terhadap teknologi maupun hasil riset relatif rendah karena terkendala permodalan dan minimnya pengetahuan.
Oleh karena itu, kata dia, pengembangan komoditas kakao juga dibutuhkan campur tangan pemerintah melalui penyuluhan maupun bantuan teknis lainnya, selain pengembangan riset.
"Berbeda dengan kelapa sawit yang didominasi oleh swasta. Dengan luas lahan yang besar, maka ini signifikan dengan pendapatan. Sehingga, petani memperoleh kemampuan yang lebih tinggi karena tingkat kehidupan yang lebih mapan," kata dia, Rabu (18/10).
Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Pieter Jasman berharap pengembangan riset dapat berkontribusi dalam upaya peningkatan produktivitas nasional. Melalui kegiatan riset pula, dapat dihasilkan inovasi bibit unggul dengan hasil tinggi dan tahan serangan hama penyakit.
Sebelumnya, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang mengatakan perkebunan kakao seluas 1,7 juta ha yang 95% ditopang oleh perkebunan rakyat. Sementara, perkebunan rakyat menghadapi persoalan produktivitas rendah sehingga tidak dapat memenuhi bahan baku industri.