Visi Pembangunan ala Joko Widodo yang kerap disebut Jokowinomics menjadi daya tarik tersendiri bagi seorang Sri Mulyani Indrawati untuk bergabung dalam jajaran Kabinet Kerja yang dibentuk Presiden Jokowi.
Jika ditimang dengan akal sehat orang kebanyakan, super lady tersebut sudah memiliki segala-galanya kala menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Namun, Jokowinomics membuatnya berpaling, pulang kampung untuk membangun negeri.
Dalam peluncuran dan diskusi buku Jokowinomics: Sebuah Paradigma Kerja, di Kantor Bisnis Indonesia, Rabu (25/10), Sri Mulyani mengungkapkan bahwa visi penurunan kemiskinan dan kebijakan afirmasilah yang mencuri hatinya sehingga dia merasa terhormat untuk menjadi pembantu Presiden Jokowi.
“Saya merasa mendapat privilege, merasa terhormat dan itu nge-klik dengan tujuan pribadi saya sebagai profesional, sebagai policy maker. Bank Dunia ke mana-mana selalu bertujuan untuk menurunkan kemiskinan di dunia,” ungkapnya.
Dia mengatakan, mengurangi kemiskinan atau menghilangkan sama sekali dan melakukan kebijakan afirmasi penting untuk dilakukan karena dalam masyarakat Indonesia saat ini belum ada kesempatan yang sama.
“Anda punya anak lahir di Jakarta dari seorang ibu yang sarjana, anak itu sudah pasti kecil kemungkinan untuk menjadi miskin. Tapi kalau Anda lahir dari seorang ibu di Papua yang bahkan untuk mendapatkan air bersih saja tidak ada, hampir pasti anak itu akan miskin. Padahal anak yang lahir di Papua dan anak yang lahir di Jakarta adalah sama-sama anak Indonesia,” lanjutnya.
Setiap anak di Indonesia, paparnya, haruslah memiliki kesempatan yang sama. Tapi pada kenyataan di Indonesia tidak ada kesempatan yang sama sehingga Presiden Joko Widodo mengambil kebijakan afirmasi yang merupakan bagian intergral dari pengurangan kemiskinan.
Baca Juga
Itulah alasan sejati mengapa Joko Widodo selalu membawa Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat saat berkunjung ke berbagai pelosok negeri sebagai salah satu bentuk afirmasi yang dilakukan pemerintah. Dan, dia memastikan bahwa kebiasaan tersebut bukan bertujuan pencitraan demi tujuan politik jangka pendek.
Kebijakan afirmasi lain yang menjadi bagian dari Jokowinomics adalah mengurangi kesenjangan antarwilayah dan yang paling mudah dilihat yakni di bidang infrastruktur. Sri Mulyani mengatakan pembangunan infrastruktur tersebut tidak saja bertujuan mengurangi kesenjangan tapi juga menghubungkan berbagai wilayah di Indonesia.
Keterhubungan itu menurutnya memberikan dampak ikutan lainnya yakni melahirkan perasaan memiliki dalam hati sanubari masyarakat Indonesia. Dengan keterhubungan, setiap orang Indonesia akan merasa bangga dengan setiap karakteristik pulau-pulau yang ada di republik ini.
“Menjadi satu kesatuan ini merupakan investasi yang tak ternilai. Karena itu kita bisa lihat dari 140 proyek strategis nasional jumlah investasi dan lokasinya pun hampir merata di seluruh Indonesia,” katanya.
Dia mengungkapkan bahwa apa yang dijalankan oleh Presiden Jokowi adalah aksi dari berbagai tataran konsep yang sudah digariskan selama ini. Dalam melakukan aksi, pemerintah memfokuskan pada pemerataan berkeadilan ada pada pembangunan ekonomi dan peningkatan produktivitas.
“Jadi ini penting core-nya itu manusia yang combine dengan teknologi dan modal. Untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dua itu harus seimbang,” ujarnya.
Di sisi pertumbuhan ekonomi, Sri Mulyani menambahkan Presiden Jokowi selalu menekankan jajarannya untuk memacu penguatan ekspor dengan cara mencari pasar yang nontradisional dengan komoditas yang lebih bernilai tambah dan inovatif.
Faktor kedua, dia mengemukakan, pemerintah juga memerhatikan pada sisi permintaan. Untuk itu, dia menyatakan pemerintah sigap menangani ketika ada persepsi bahwa daya beli turun.
“Begitu muncul persepsi daya beli turun. Masyarakat membutuhkan konfidensi dan kepastian untuk melakukan belanja,” tuturnya.