Bisnis.com, JAKARTA - PT Antam (Persero) Tbk. menyatakan tidak berlanjutnya kerja sama pembangunan pabrik pengolahan anoda slime dan logam berharga (precious metal refinery/PMR) dengan PT Freeport Indonesia dan PT Smelting dikarenakan masalah komersial.
Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan sampai saat ini MoU yang terakhir yang ditandatangani tertanggal 2 Februari 2017. Adapun masa berlakunya selama satu tahun.
"Pabrik anoda slime itu boleh dikatakan memang tidak ketemunya secara komersial. Tapi, MoU sendiri belum terminasisi sih. MoU-nya masih aktif," tuturnya di gedung DPR, Selasa (24/10/2017).
Dia menjelaskan pihak Smelting tidak ingin menurunkan payable emasnya dari 99%. Menurutnya, hal itu akan merugikan pihaknya dan Freeport.
"Proyek ini tidak layak kalau payable 99%. Tempo hari kita berhitung untuk internal rate 11%, maka payable itu harus turun di sekitar 97,8%," ujarnya.
Seperti diketahui, Freeport dan Smelting menandatangani MoU baru dengan PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Sebelumnya, MoU serupa melibatkan Freeport, Antam, dan Smelting.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono menjelaskan pada prinsipnya, pemerintah menghendaki pengolahan konsentrat tambang ada didalam negeri. Kesepakatan yang melibatkan Freeport dan Amman Mineral tersebut terjadi setelah tidak ada titik temu untuk hal serupa dengan Antam.