Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pebisnis Mebel: Pasar Ekspor Masih Menjanjikan

Pengusaha mebel membidik diversifikasi pasar ekspor ke sejumlah negara emerging market. Sebab pasar ekspor yang utama masih terpaku kepada AS dan Eropa Barat.
Pengunjung mengamati produk furnitur pada pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2017 di JI Expo, Jakarta, Sabtu (11/3)./Antara-Wahyu Putro A
Pengunjung mengamati produk furnitur pada pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2017 di JI Expo, Jakarta, Sabtu (11/3)./Antara-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA—Pengusaha mebel membidik diversifikasi pasar ekspor ke sejumlah negara emerging market. Sebab pasar ekspor yang utama masih terpaku kepada AS dan Eropa Barat.

“Pasar furniture dan kraft di dunia tumbuh pesat, terutama pada sejumlah negara emerging market. Tapi pertumbuhan pasar itu masih belum ditangkap pelaku industri mebel di Indonesia,” ujar Wakil Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Abdul Sobur kepada Bisnis, Rabu (25/10).

Akibatnya, ceruk kenaikan permintaan tersebut lebih banyak dinikmati negara produsen mebel lain di Asean seperti Vietnam dan Malaysia.

Menurutnya, beberapa kendala yang menahan kenaikan produktivitas produsen mebel adalah keterbatasan akses terhadap bahan baku, suku bunga pinjaman yang tinggi, dan formula pengupahan yang tidak kompetitif.

“Itu yang membuat kebanyakan pengusaha mebel berat sekali bersaing, ibarat pertandingan, belum kena tinju saja sudah KO duluan,” ujarnya.

Kondisi tersebut membuat beberapa industri mebel besar di Indonesia memindahkan fasilitas produksinya ke Vietnam dalam 2 tahun terakhir. Menurutnya, seluruh produsen mebel yang beroperasi di Indonesia saat ini merupakan industri skala kecil dan menengah.

“Bisa dibilang ekspor mebel kita itu sekarang ditopang industri skala kecil dan menengah saja, sehingga meningkatkan ekspornya itu upayanya susah payah. Dalam 2 tahun itu ada empat industri mebel besar Indonesia yang relokasi ke Vietnam. Itu alasan mengapa ekspor Vietnam naik pesat sedangkan tahun lalu kita malah turun,” ujarnya.

Menurutnya, pemerintah bisa saja menerapkan terobosan dengan mulai membuka peluang investasi asing pada bisnis mebel. Hal itu dapat menjadi stimulus untuk mengakselerasi pertumbuhan ekspor.

“Tapi nanti perlu ditanyakan ke teman-teman pengusaha mebel, merasa semakin tersaingi enggak dengan yang asing, mungkin itu perlu dikaji bersama-sama,” ujarnya.

Abdul menyatakan industri mebel merupakan salah satu sektor padat karya yang berorientasi pasar ekspor. Estimasinya, setiap ekspor mebel senilai US$1 miliar dapat menyerap sebanyak 500.000 tenaga kerja langsung dan tidak langsung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper