Bisnis.com, JAKARTA—Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia mengapresiasi rencana pemerintah untuk mengembangkan sentra bahan baku rotan di Cirebon.
Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Soenoto menyatakan pembentukan sentra bahan baku rotan dapat semakin mempermudah industri mebel mengakses bahan baku.
“Dan yang penting pengusaha mebel mendapat kepastian dan dapat lebih mudah beli rotan. Dengan adanya sentra rotan di Cirebon, nanti ada data yang pasti soal ketersediaan rotan,” ujarnya.
Menurutnya, keterbatasan bahan baku rotan kerap menjadi persoalan yang menghambat ekspansi bisnis mebel. Sebab pengusaha sulit memenuhi pesanan tatkala ketersediaan bahan baku semakin langka. “Supaya ekspor mebel bisa mencapai US$5 miliar, pengadaan bahan baku mesti di-push,” ujarnya.
Menurutnya, pemerintah mesti mendorong peningkatan nilai tambah di dalam negeri ketimbang mendorong ekspor mentah. ”Daripada buang energi kutak-katik bahan baku rotan diekspor, lebih baik bagaimana meningkatkan daya serap di sini. Sebanyak 85% rotan dunia itu adanya di Indonesia, pemerintah jangan gegabah dengan melepas bahan baku ke luar,” ujarnya
Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor produk furnitur pada tahun ini masih relatif stagnan ketimbang tahun lalu. Ekspor industri furnitur periode Januari—September tahun ini senilai US$1,20 miliar, atau turun 0,67% dibanding periode yang sama tahun lalu senilai US$ 1,21 miliar.
Pemerintah berencana menjadikan Cirebon sebagai sentra bahan baku, terutama rotan untuk memperkuat produksi mebel di dalam negeri.
Cirebon akan menjadi pusat pengendalian stok rotan. Kawasan tersebut diproyeksikan sebagai stabilisator bahan baku rotan dan kayu untuk pebisnis mebel.
Pembentukan sentra rotan tersebut berangkat dari permasalahan kelangkaan bahan baku rotan yang kerap menjadi keluhan industri. Sementara itu, pengakuan petani budidaya rotan kerap bertolak belakang dengan keluhan industri.