Bisnis.com, JAKARTA — Hasil sidang Dewan Energi Nasional menyatakan penerapan bahan bakar dengan campuran biodiesel 30% (B30) yang diusulkan pada 2020 berpotensi ditunda karena penerapan bahan bakar campuran 20% atau B20 saja belum maksimal.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Stanley Ma mengatakan pemerintah perlu mengoptimalkan pemakaian B20 kepada industri agar peralihan penggunaan B30 bisa berjalan dengan baik.
“Bagaimana B30 bisa diterpakan, sedangkan B20 bagi inudstri saja belum maksimal,” katanya menjawab bisnis, Kamis (12/10/2017).
Menurutnya, pemerintah perlu menyusun beleid agar penggunaan B20 bisa optimal, sehingga peralihan ke B30 juga bisa berjalan baik, nantinya.
Berdasarkan kajian Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM, penggunaan campuran biodiesel, dapat menghemat impor BBM hingga Rp30 triliun per tahun dan mengurangi emisi sekitar enam sampai sembilan juta ton per tahun.
Namun, menurut Stanley, pemerintah bisa saja menerapkan B30 pada 2020 karena semua aspek sudah ada, seperti dari mandatori dan lainnya “Namun, kita sebagai pelaku usaha mengikuti kebijakan pemerintah,” katanya.
Anggota DEN Syamsir Abduh mengatakan, kendala penerapan B20 terjadi pada konsumsi untuk kendaraan, seperti alat berat, alat utama sistem persenjataan (alutsista), hingga lokomotif kereta api.
Salah satu contohnya, seperti pada pemakaian alat berat. campuran biodiesel yang mengandung minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dapat merusak dinding mesin. Bahkan, hingga dampak yang lebih jauh, yaitu menimbulkan masalah permesinan sehingga alutsista mogok saat digunakan. “Inilah penyebabnya mengapa B20 belum optimal,” katanya.
DEN menyatakan B30 masih memerlukan kajian untuk diterapkan. Kini, pemerintah akan melakukan kajian penggunaan biodiesel dan akan membuat standar operasional prosedur (SOP) sebagai acuan dalam penerapan.
Sementara itu, dari catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), peluang Indonesia untuk mengembangkan potensi bahan bakar ramah lingkungan ini cukup besar mengingat penggunaan minyak solar mencapai 40% untuk BBM transportai dan 74% untuk pembangkit listrik tenga diesel (PLTD).
Produksi dan konsumsi biodiesel terus menunjukkan pertumbuhan dari tahun 2008. Indonesia berhasil memprduksi 630.000 kilo liter (kl) biodiesel dengan tingkat konsumsi 23.000 kl. Pada tahun lalu, angka ini meningkat drastis. Dimana produksi mencapai 2,45 juta kl dan permintaan mencapai 2.25 juta kl.