Bisnis.com, JAKARTA - Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) menyatakan kinerja mal atau pusat perbelanjaan kelas atas meningkat tetapi hal yang berbeda terjadi pada kinerja mal kelas bawah yang dinilai relatif semakin tidak menarik bagi warga ibukota.
"Destinasi mal primer mengalami okupansi tinggi dan foot traffic (jumlah pengunjung) yang menguat," kata Head of Research JLL Indonesia James Taylor, Rabu (11/10/2017).
Menurut dia, mal premium relatif lebih memiliki gerai penjualan makan dan minuman yang lebih atraktif, begitu pula dengan gerai usaha jenis fesyen dan bidang hiburan, serta memiliki tingkat okupansi yang lebih tinggi.
Sedangkan untuk mal kelas bawah, lanjutnya, pada saat ini relatif mengalami kunjungan terbatas dan beberapa gerai tutup karena berubahnya preferensi konsumen, tingkat daya beli konsumen yang melemah, dan meningkatnya belanja online atau dalam jaringan.
Sebelumnya, konsultan properti Colliers International menyatakan transaksi yang dilakukan melalui perdagangan elektrobik (e-commerce) berdampak kecil kepada kinerja mal karena hal tersebut lebih dipengaruhi kondisi daya beli masyarakat.
"Sebenarnya online shopping tidak berpengaruh besar kepada kinerja pusat perbelanjaan," kata Senior Associate Director Research Colliers International Ferry Salanto.
Menurut dia, hanya sejumlah merek atau waralaba komoditas tertentu saja yang penjualannya memiliki ketergantungan dengan proses e-commerce atau transaksi melalui Internet.
Ferry mengingatkan berdasarkan suatu kajian, bahwa hanya sekitar 1% dari pembelian yang dilakukan saat ini yang menggunakan proses melalui transaksi e-commerce.