Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

4 Penyebab Produksi Minyak Mentah Nasional Diproyeksi Tak Capai Target

Produksi minyak nasional diproyeksikan tak akan mencapai target di tahun ini. Seperti diketahui tahun lalu pun target produksi siap jual atau lifting tercapai karena pemerintah menetapkan target yang lebih rendah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara setelah Perubahan. Berikut empat hal yang mempengaruhi produksi minyak tahun ini.
Fasilitas terapung Husky--CNOOC Madura Limited, yang  mengolah minyak dan gas bumi dari pengeboran lepas pantai/Bisnis-Sepudin Zuhri
Fasilitas terapung Husky--CNOOC Madura Limited, yang mengolah minyak dan gas bumi dari pengeboran lepas pantai/Bisnis-Sepudin Zuhri

Bisnis.com, JAKARTA - Produksi minyak nasional diproyeksikan tak akan mencapai target di tahun 2017. Seperti diketahui tahun lalu pun target produksi siap jual atau lifting tercapai karena pemerintah menetapkan target yang lebih rendah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara setelah Perubahan.

Berikut empat hal yang mempengaruhi produksi minyak tahun ini.

Dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang diterima Bisnis, Jumat (6/10/2017), rerata realisasi produksi minyak tahunan maupun bulanan masih di bawah target yang ditetapkan dalam APBN Perubahan 2017.

Tercatat, status per Rabu (4/10/2017), produksi minyak nasional berada di level 780.942 barel per hari (bph). Adapun, realisasi produksi rata-rata setiap bulan 784.395 bph atau lebih rendah dari rata-rata produksi tahunan yakni 805.451 bph. Kendati rata-rata produksi tahunan tergolong paling tinggi, realisasinya masih belum bisa melampaui target yakni 815.000 bph.

Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi masih rendahnya capaian produksi minyak nasional. Pertama, sumur-sumur minyak yang dimatikan secara terencana (planned shutdown) maupun tiba-tiba (unplanned shutdown).

Untuk planned shutdown dilakukan kontraktor Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) yang mengakibatkan turunnya produksi minyak 10 mbph (ribu bph) dan gas 48 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd) sampai dengan 8 Oktober.

4 Penyebab Produksi Minyak Mentah Nasional Diproyeksi Tak Capai Target

Penundaan

Kontraktor lainnya yang juga melakukan penundaan produksi yakni Star Energy dengan penurunan produksi minyak 0,5 mbph dan gas 4 MMscfd. Kegiatan dilakukan hingga 31 Oktober dengan mematikan sumur selama enam jam untuk pekerjaan riser reinstatement. Planned shutdown juga dilakukan PHE West Madura Offshore untuk kegiatan perawatan sumur akibatnya produksi menurun 0,2 mbph.

Sementara itu, unplanned shutdown dilakukan PHE ONWJ karena kebocoran di empat sumur sehingga produksi minyak turun 1 mbph dan gas 4 MMscfd.

Unplanned shutdown juga dilakukan Chevron Pacific Indonesia di Sumur Kokoh pada 4 Oktober sehingga produksi minyak turun 1,1 mbph. Terakhir, Santos Madura Offshore melakukan unplanned shutdown pada 22 September dan telah kembali pada 4 Oktober. Akibatnya, produksi gas turun 15 MMscfd.

Kedua, faktor penurunan penyerapan dari konsumen. Seperti di Blok JOB Jambi Merang, produksi minyak turun 0,2 mbph dan gas 12 MMscfd karena menurunnya penyerapan dari pembeli. Begitu pula pada Mubadala Petroleum yang menurunkan produksi minyak sebesar 0,1 mbph dan gas 80 MMscfd.

Ketiga, faktor yang juga berkontribusi mengakibatkan turunnya produksi yakni mendala operasi. Medco Natuna di Blok B Natuna Selatan mematikan Sumur Kerisi selama pengeboran KA-12 untuk menghindari lumpur pengeboran. Akibatnya, produksi turun 3,4 mbph.

Selain itu, penundaan penyaluran minyak dilakukan Chevron Pacific Indonesia akibat tingginya tekanan di HCT Trunkline atau stasiun pengumpul minyak sebelum dipasarkan. Tingginya tekanan disebabkan hujan deras.

4 Penyebab Produksi Minyak Mentah Nasional Diproyeksi Tak Capai Target

Kendala Operasi

Kontraktor lain yang mengalami kendala operasi yakni Odira yang mengakibatkan penurunan produksi 0,5 mbph karena sumur RD-1 dan RD-3 dimatikan pada 25 Juli 2017. Langkah mematikan sumur diambil karena tingginya kadar garam. Saat ini seluruh stok minyak di permukaan yang akan diproses dijadwalkan selesai Oktober.

Terakhir, Citic produksinya berkurang 0,2 mbph karena terdapat masalah pada pompa benam atau electronic submersible pump (ESP). Saat ini produksi mulai naik sejak kembali pulih pada 3 Oktober.

Keempat, faktor yang menyumbang penurunan produksi yaitu keekonomian. Pertamina EP mengurangi produksi 0,9 mbph. Perbaikan pada inter cooler ditunda sampai dengan masa perbaikan di November meskipun kendala terjadi sejak 9 Agustus.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan untuk lifting minyak tak akan mencapai 815.000 barel per hari (bph). Dari data Kementerian ESDM, hingga Agustus 2017, lifting minyak mencapai 792.000 bph.

"Menurut saya, outlook-nya sampai akhir tahun akan di bawah 815.000," ujarnya dalam jumpa pers capaian sektor ESDM September 2014-September 2017 di Kementerian ESDM, Kamis (28/9/2017).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper