Bisnis.com, NEW DELHI – Perdana Menteri India Narendra Modi menangkis kritik terkait perekonomian negri Hindustan itu dan menyebutnya sebagai sikap pesimistis.
Pada Selasa malam (3/10) waktu setempat, Modi muncul dan menangkis segala kritik yang menyerang kebijakan-kebijakannya dalam menangani ekonomi negara tersebut, termasuk dari mantan menteri keuangan dari partainya sendiri.
“Ada beberapa orang yang dapat tidur nyenyak hanya setelah mereka menyebarkan perasaan pesimistis. Kita perlu mengenali orang-orang seperti itu,” ujar Modi, seperti dikutip dari laman Financial Times, Kamis (5/10/2017).
Setelah berhasil memenangkan pemilu pada tahun 2014, Modi berjanji untuk menghidupkan kembali ekonomi India dengan agenda reformasi yang mencakup memangkas birokrasi, mendorong investasi asing, dan menyederhanakan sistem perpajakan.
Namun ekonomi negara yang pernah digadang-gadang memiliki pertumbuhan terpesat di dunia tersebut telah sangat melambat. Mencapai pertumbuhan lebih dari 9% pada tahun 2015, ekonomi India hanya tumbuh 5,7% pada kuartal kedua tahun ini.
Menurut para ekonom, demi menyediakan lapangan pekerjaan yang dibutuhkan untuk populasi India yang tumbuh cepat, negara tersebut perlu mengalami partumbuhan sekitar 7% per tahun.
Ada banyak variasi penjelasan mengenai perlambatan tersebut. Pemerintahan Modi menyatakan bahwa kondisi itu hanya bersifat sementara, disebabkan oleh gangguan penerapan pajak barang dan jasa nasional yang pertama di negara tersebut.
Namun para kritikus mengatakan bahwa permasalahan tersebut dimulai lebih awal, saat bank-bank terbebani oleh tingginya tingkat utang yang buruk dan ekspor yang goyah.
Menurut mereka, kesulitan struktural ini diperburuk oleh kebijakan demonetisasi pemerintah, dengan digantinya penggunaan 86% uang tunai dalam upaya untuk mengekang keberadaan black money yang juga telah sangat menghambat perdagangan.
Pekan lalu, Yashwant Sinha, mantan menteri keuangan dari partai Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin Modi, menuliskan kritik kepada pemerintah. Dalam sebuah artikel untuk surat kabar Indian Express, Sinha mengatakan bahwa ekonomi India ‘berantakan’.
Pekan ini, Arun Shourie, mantan menteri lainnya dari BJP, mengeluarkan kritik serupa.
“Perdana Menteri (Modi) memiliki 'ilham' (wahyu) pada suatu malam bahwa demonetisasi harus dilakukan dan dia melakukannya. Itu adalah langkah berani. Saya harus mengingatkan anda, bunuh diri juga merupakan langkah berani,” tutur Shourie dalam sebuah wawancara dengan saluran berita NDTV.
Awalnya, Modi enggan menanggapi segala kritik tersebut dan membiarkan Menteri Penerbangan India, Jayant, untuk membela pemerintahan.
Perdana Menteri (Modi) memiliki 'ilham' (wahyu) pada suatu malam bahwa demonetisasi harus dilakukan dan dia melakukannya. Itu adalah langkah berani.
Namun pada hari Selasa ia pun menyeruak dalam sebuah pidato. “Pemerintah sedang berupaya membalik (perlambatan). Kami siap mengambil keputusan dan kami memiliki kemampuan untuk melakukannya,” tegas Modi.
Pidatonya muncul tak lama setelah Reserve Bank of India (RBI) memangkas proyeksi pertumbuhannya meski menolak untuk mengurangi suku bunga, dengan alasan bahwa pihaknya memperkirakan ekonomi akan pulih dengan cepat.
Modi pun menegaskan bahwa fundamental ekonomi India kuat, didukung lebih rendahnya inflasi dan defisit fiskal yang pernah terlihat di bawah pemerintahan sebelumnya.