Bisnis.com, JAKARTA - Badan usaha milik negara bidang logistik, PT Pos Indonesia (Persero), menggandeng perusahaan agregator logistik, PT Shippindo Teknologi Logistik (Shipper) untuk memasarkan barang dengan moda transportasi miliknya.
Founder Shipper Budi Handoko mengatakan Shipper adalah penyedia platform jasa pengiriman dan bermitra dengan penyedia jasa logistik seperti Pos Indonesia, PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), Tiki, RPX, Lion Parcel, Ninja Express, serta sejumlah e-commerce dan pelaku usaha bisnis online.
"Kami fokus untuk berkontribusi dengan membuka lapangan pekerjaan baru sebagai mitta kurir," kata Budi pada peluncuran kerja sama dengan Shipper di Jakarta pada Rabu (4/10/2017).
Selain memperkuat industri logistik, Budi mengaku bahwa Shipper ingin fokus mengirimkan barang-barang e-commerce lebih banyak. Dengan menggunakan jasa Shipper, maka pelaku jasa logistik dan e-commerce lebih efisien.
Shipper telah menandatangani kerja sama dengan perusahaan e-commerce dan logistik sebagai agregator untuk kurun waktu satu tahun.
Dia mengatakan saat ini sudah ada di 11 kota yakni; Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Kediri, dan Solo. Kata Budi, Shipper akan memperluas sampai ke 32 kota di Indonesia dengan target pengiriman 1 juta paket satu tahun. "Kita sedang mengupayakan investor, yang pasti investor lokal."
Direktur Jasa Kurir PT Pos Indonesia (Posindo) Agus Handoyo mengatakan sistem teknologi telah mengubah pola konsumen. Oleh sebab itu, Posindo harus menjalankan target dari Presiden Jokowi melalui Paket Kebijakan Jilid 14 tentang E-Commerce dimana Posindo ditugaskan menjadi backbone utama e-commerce.
"Kami bertugas menghidupkan semua jasa logistik. Ada sekitar 2.500-an harus tetap hidup, dan tugas kami, Posindo adalah mendorong jadi last mile delivery," katanya.
Advisor Shipper Hadi Kuncoro mengatakan Posindo memiliki aset yang besar dengan perubahan model bisnis dari konvensional menjadi digital.
Dia menyarankan agar pelaku usaha logistik tidak menjadikan Posindo sebagai lawan. Sebaliknya, Posindo yang bagaikan sleeping giant dengan kantor mencapai 4300 di seluruh Indonesia ini harus dibangunkan.
"PT Pos sekarang tidak hanya mengurus surat, tetapi parcel, dan payment. Jadi swasta harus bekerja sama dengan giant ini membangun potensi dalam negeri," papar Hadi.