Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kejar Target US$1,9 Miliar, Asosiasi Mebel Genjot Ekspor

Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia memacu ekspor guna mencapai target sebesar US$1,9 miliar pada tahun ini.
Pengunjung berada di salah satu stand pameran International Furniture Expo (IFEX) 2017 di Jakarta, Senin (13/3)./JIBI-Dwi Prasetya
Pengunjung berada di salah satu stand pameran International Furniture Expo (IFEX) 2017 di Jakarta, Senin (13/3)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA—Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia memacu ekspor guna mencapai target sebesar US$1,9 miliar pada tahun ini.

Mugianto, Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), menyampaikan ekspor mebel dan kerajinan diharapkan dapat menyamai penjualan pada 2015 yang mencapai US$1,9 miliar.

"Optimistis dapat mencapai US$1,9 miliar karena semua pabrikan sampai dengan awal Oktober 2017 ini produktivitasnya meningkat," kata Mugianto kepada Bisnis, Rabu (4/10/2017).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor mebel dan kerajinan Tanah Air pada 2015 mencapai US$1,9 miliar. Kendati demikian, pada 2016 terjadi penurunan menjadi US$1,60 miliar. Adapun nilai ekspor produk furnitur pada Januari hingga Juni 2017 mencapai US$872 juta.

Demi mencapai target 2019 dan 2020 yang masing-masing membidik US$2,4 miliar dan US$5 miliar Asmindo berharap pabrikan dapat meningkatkan produktivitas dengan mengganti mesin.

Menurutnya tren pasar saat ini adalah produk mebel panel dengan harga jual yang lebih terjangkau. Produk ini dapat dibuat dengan tenaga mesin dan sedikit campur tangan manusia. Adapun pabrikan di Tanah Air saat ini lebih banyak memproduksi produk bertipe kayu solid yang dikerjakan secara semi-manual dan memiliki harga jual lebih tinggi.

"Tentu kami tidak akan meninggalkan produk kayu solid karena masih banyak peminat kerajinan ukiran ini. Permesinan dibutuhkan untuk meningkatkan volume dan varian jenis sehingga lebih banyak dibandingkan dengan saat ini," ujarnya.

Guna meningkatkan produktivitas tersebut Asmindo mengharapkan mendapat bantuan dari pemerintah untuk pengadaan mesin dan permodalan.

Dia menambahkan tidak mempermasalahkan mesin yang akan dibeli tersebut menggunakan barang impor maupun yang lokal, karena sampai saat ini keduanya memiliki harga yang hampir serupa. "Mesin dalam negeri jatuhnya sedikit lebih mahal dibandingkan dengan impor karena belum diproduksi secara massal," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper