Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Jagung Tinggi, Daya Saing Industri Pakan Tertekan

Harga jagung lokal yang tinggi berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan daya saing industri pakan dan industri peternakan. Saat ini harga pakan ternak di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asean.
Petani sedang mengupas kulit jagung/Antara
Petani sedang mengupas kulit jagung/Antara

Bisnis.com,JAKARTA - Harga jagung lokal yang tinggi berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan daya saing industri pakan dan industri peternakan. Saat ini harga pakan ternak di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asean.

Hal ini terungkap dalam Rembug Jagung Nasional pada Rabu (20/9/2017) yang diselenggarakan Pusat Kajian Pangan Strategis dan dihadiri pelaku industri pakan, peternak, petani, serta akademisi.

Ketua PKPS Siswono Yudo Husodo menyebut harga jagung lokal di atas Rp4.000 per kg masih kalah bersaing dengan harga jagung di Brasil sebesar Rp2.500 per kg. Namun, harga jagung lokal yang tinggi juga tidak lantas memberi kesejahteraan bagi petani.

PKPS mengidentifikasi skala usaha tani yang sangat kecil dan sewa lahan yang sangat tinggi menjadi faktor harga jagung lokal tidak kompetitif.

Siswono menyampaikan, kepemilikan lahan petani kurang dari 0,5 ha. Bahkan, ada petani tanpa lahan.

Pengusahaan lahan pertanian yang sempit menyebabkan mekanisasi tidak optimal, biaya produksi tinggi, dan petani pun tidak sejahtera. Dengan kepemilikan lahan 0,3 ha dan harga jagung Rp4.200 per kg, maka pendapatan petani hanya Rp650.000 per bulan.

Sementara bagi petani tanpa lahan harus dihadapkan pada sewa lahan yang teramat mahal. Rata-rata sewa lahan sekitar Rp12 jura per ha per tahun. Harga sewa bisa melonjak tinggi di sentra produksi seperti Jawa Timur sebesar Rp20 juta per ha per tahun.

Selain itu, area tanam baru jagung tersebar ke remote area tanpa dukungan infrastruktur pascapanen memadai.

"Perlu pengelolaan sentra-sentra jagung agar memenuhi antara lain produksi petani harus mudah terkumpul di satu titik agar memenuhi volume atau skala ekonomis transportasi dengan membangun pascapanen dan infrastruktur transportasi," tuturnya.

Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) Sholahuddin mengatakan, biaya produksi jagung tinggi karena produktivitas rendah rata-rata hanya 5,1 ton pipilan kering per ha. "Dari demonstration farm yang kami buat dengan menggunakan benih NK 7328 bisa menghasilkan 12,8 ton per ha," kata dia.

Produktivitas yang rendah juga karena pengolahan tanah dan penggunaan pupuk organik yang minim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Azizah Nur Alfi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper