Bisnis.com, JAKARTA - Sebagai badan usaha milik negara, mungkin tak banyak orang tahu mengenai PT Bhanda Ghara Reksa atau biasa disingkat BGR.
Hal tersebut diakui sendiri oleh Direktur Utama BGR Ruli Adi. Padahal, perusahaan yang bisnis utamanya adalah transportasi dan pergudangan ini sudah berusia 40 tahun.
"Saya akui belum banyak yang kenal BGR. Itu jadi salah satu PR [pekerjaan rumah] saya," katanya di sela kegiatan BUMN IBD Expo 2017 di Jakarta, Kamis (21/9/2017).
BGR berdiri tanggal 11 April 1977 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1976 di Semarang, Jawa Tengah. Tugas BGR awalnya adalah menyimpan dan mendistribusikan pupuk subsidi ke petani.
Seiring berjalannya waktu, BGR kemudian bertransformasi menjadi perusahaan penyedia jasa logistik. Selain menyewakan gudang, BGR kini punya lini bisnis transportasi, freight forwarding hingga jasa kurir.
Dengan semakin kompleksnya bisnis yang dikelola, BGR lantas mengembangkan sistem logistik terintegrasi berbasis digital yang diberi nama BGR Enterprise Logistics System.
Dengan adanya sistem tersebut BGR dapat meningkatkan keakuratan data sekaligus memberikan kemudahan pelayanan kepada pelanggan. Pelanggan dapat mengakses BELS untuk melakukan booking order, tracking barang, informasi layanan sampai informasi tarif.
Saat ini BGR mengelola sekitar 600 gudang di seluruh Indonesia dengan total luas mencapai 1 juta meter persegi. Gudang tersebut ada yang milik sendiri dan sewa. Luas gudang yang merupakan aset pribadi BGR seluas 206.000 meter persegi.
Tahun ini BGR membeli 19 unit armada baru dengan total anggaran sekitar Rp16 miliar. Masing-masing terdiri dari 6 unit truk tronton flat bed, 7 unit truk bak rangka besi terbuka, dan 6 head truck beserta chasis-nya.
Seluruh armada tersebut nantinya akan disebar ke delapan cabang BGR yakni Makassar, Kendari, Palu, Papua, Kupang, Surabaya, Medan, dan Lampung. Hingga akhir tahun ini BGR menargetkan total armada sebanyak 550 unit.