Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penanaman Mangrove, Ini Manfaat Ekonomi untuk Warga Tambakrejo

Warga Kelurahan Tambakrejo, Kota Semarang, mulai menikmati dampak ekonomi, selain manfaat lingkungan, setelah menggalakkan penanaman mangrove mulai 2010.
Ilustrasi kawasan konservasi mangrove/Antara-Fiqman Sunandar
Ilustrasi kawasan konservasi mangrove/Antara-Fiqman Sunandar

Bisnis.com, SEMARANG - Warga Kelurahan Tambakrejo, Kota Semarang, mulai menikmati dampak ekonomi, selain manfaat lingkungan, setelah menggalakkan penanaman mangrove mulai 2010.

Dampak ekonomi itu memang masih terbatas alias belum sampai pada pengolahan mangrove menjadi aneka makanan dan minuman seperti yang sudah dilakukan beberapa tempat.

Juraimi, Ketua Kelompok Tani Camar, menuturkan mangrove mulai ditanam di Tambakrejo pada 2010, di bawah binaan PT Pertamina (Persero) melalui kegiatan tanggung jawab sosialnya (CSR).

Dia bercerita 6 tahun lalu pesisir Tambakrejo rusak parah tergerus abrasi. Tak ada tegakan keras di bibir pantai kelurahan yang terletak 4,2 km di timur Pelabuhan Tanjung Mas itu. Karena minim rerimbunan pula, suhu sekitar pun panas.

Pertamina lalu datang mengulurkan tawaran untuk menangkal abrasi. Dibantu Universitas Negeri Semarang (Unnes), BUMN itu mengajak warga setempat yang sebagian besar bermata pencaharian nelayan itu menanam bakau. Kelompok Tani Camar lalu dibentuk, singkatan dari Cinta Alam Mangrove Asri dan Rimbun. Bantuan bibit diberikan, berikut pendampingan dan transfer pengetahuan.

Hingga tahun ini, 116.000 batang bibit telah tertanam di sepanjang 1,5 km bibir pantai dan 90% di antaranya berhasil tumbuh hingga sekarang setinggi 3-3,5 meter.

Pengukuran akurat memang tak dilakukan, tetapi warga mulai merasakan perubahan atmosfer.

\"Walaupun saat ini belum banyak menanggulangi abrasi, setidaknya menahan suhu ekstrem. Dulu begitu panas, sekarang berkurang,\" kata Juraimi saat ditemui, Rabu (6/9/2017).

Pada saat yang sama, warga yang tergabung dalam Kelompok Tani Camar membudidayakan bibit mangrove. Setiap tahun, kelompok itu mampu menghasilkan 30.000-50.000 batang bibit. Bibit itu lantas dijual ke berbagai pihak, termasuk beberapa perusahaan untuk aktivitas CSR dan akademisi untuk kegiatan riset.

Pertamina tercatat sebagai pelanggan bibit Kelompok Camar dengan kebutuhan 6.000 batang per tahun. Ada pula Asahi yang sempat membeli 3.000 batang. Belum lagi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta kalangan universitas.

Kepada korporasi, Kelompok Camar menjual Rp3.000 per paket yang berisi sebatang bibit berikut perawatannya. Adapun kepada akademisi, kelompok itu membanderol Rp1.250. Hasil penjualan digunakan untuk.membiayai operasi dan pengembangan bibit.

Juraimi mengemukakan kelompoknya belum dapat mengolah buah mangrove menjadi tepung atau sirup karena terkendala ketiadaan peralatan. Dia punya impian olahan mangrove siap diluncurkan saat proyek kampung bahari --termasuk taman eduwisata di dalamnya-- di Tambakrejo 90% matang.

Officer CSR Pertamina MOR IV Lilik Hardiyanto mengatakan perseroan melanjutkan komitmen penanaman mangrove di Tambakrejo setiap tahun. Tahun ini, perusahaan pelat merah itu mengalokasikan dana Rp100 juta untuk kebutuhan rumah bibit, perawatan, dan monitoring tanaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper