Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Alas Kaki Terbelit Pasokan Bahan Baku

Industri alas kaki nasional menanti dukungan pemerintah dalam mengembangkan industri pendukung. Ketersediaan bahan baku menjadi masalah utama bagi industri alas kaki yang menyebabkan biaya produksi lebih tinggi dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya.
Pengunjung memilih sepatu di pameran produk kulit/JIBI
Pengunjung memilih sepatu di pameran produk kulit/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA—Industri alas kaki nasional menanti dukungan pemerintah dalam mengembangkan industri pendukung. Ketersediaan bahan baku menjadi masalah utama bagi industri alas kaki yang menyebabkan biaya produksi lebih tinggi dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya.

Binsar Marpaung, Sekretaris Jenderal Asosiasi Persepatuan Indonesia, mengatakan industri persepatuan dalam negeri sebelumnya menghadapi masalah upah buruh dan bahan baku. Namun, sejak pemerintah menetapkan formula upah buruh minimum pada 2015, masalah utama yang membelit industri ini adalah ketersediaan bahan baku.

"Industri pendukung belum maksimal, ini harus didukung pemerintah karena 65% bahan baku alas kaki masih diimpor," ujarnya Senin (4/9/2017).

Menurut Binsar, investor industri bahan baku alas kaki, seperti industri penyamakan kulit, tidak akan tertarik menanamkan modal ke dalam negeri apabila pemerintah tidak memberikan insentif, berupa keringanan pajak misalnya. Hal ini disebabkan industri kulit harus bersaing dengan produk China yang lebih murah biaya produksinya.

Masalah bahan baku, lanjut Binsar, telah menjadi permasalahan dari dulu. Industri alas kaki cukup bernapas lega setelah pemerintah membebaskan kewajiban karantina produk kulit jadi impor melalui Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 870/KPTS/OT.050/K/6/2017 tentang Daftar Barang Larangan dan/atau Pembatasan Karantina Pertanian atas Ekspor dan Impor yang dihapus dari Portal INSW (Indonesia National Single Window). Aturan ini terbit pada 8 Juni 2017 dan mulai berlaku efektif pada Juli 2017.

"Tetapi, ini hanya sebagian kecil dari masalah bahan baku. Yang utama, bagaimana ketersediaan bahan baku di dalam negeri terjamin," katanya.

Adapun, terkait dengan pertumbuhan industri alas kaki sepanjang tahun ini, Binsar menuturkan asosiasi berharap bisa mencapai 5% secara tahunan kendati permintaan ekspor dan dalam negeri stagnan akibat perubahan pola konsumsi masyarakat. Sepanjang paruh pertama tahun ini, industri alas kaki disebutkan tumbuh di kisaran 3% y-o-y.

Merujuk data Badan Pusat Statistik, pada periode Januari 2017-Juli 2017, ekspor sepatu nasional mencapai US$2,79 juta atau naik 4,70% secara tahunan dari US$2,67 juta. Indonesia tercatat sebagai negara pengekspor alas kaki nomor 5 di dunia.

Pemerintah menetapkan industri ini sebagai salah satu dari 10 industri prioritas karena industri alas kaki menyerap banyak tenaga kerja dan penyumbang devisa negara.

Sebelumnya, Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan industri kulit nasional memang belum mapan sehingga industri alas kaki masih perlu mengimpor untuk kebutuhan bahan bakunya.

“Industri kulit kita hanya mampu memasok 30% dari total kebutuhan industri alas kaki, karena memamg kemampuan produksi hewan potong kita masih sedikit. Untuk industri aksesori, memang kita masih harus dorong investasinya,” jelas Sigit.

Berdasarkan catatan Kemenperin, saat ini terdapat 396 industri alas kaki besar dan IKM dengan utilisasi pabrikan sebesar 80%. Kementerian menargetkan kapasitas terpakai pada akhir tahun ini dapat mencapai 85%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper