Bisnis.com, JAKARTA-- Kinerja sektor manufaktur mulai kembali menggeliat pada Agustus lalu.
Indeks manufaktur Agustus 2017 pada Nikkei Indonesia Manufacturing Purchasing Managers’ Index (PMI) mencapai rentang ekspansi di angka 50,7 dari sebelumnya 48,6 pada Juli 2017.
Indeks di atas 50 menunjukkan ekspansi manufaktur, sedangkan di bawah itu menandakan manufaktur tengah mengalami kontraksi.
Ekonom IHS Markit Pollyanna De Lima menyatakan perbaikan kinerja manufaktur didorong oleh penguatan permintaan.
"Penguatan permintaan itu berasal dari klien domestik dan luar negeri. Kenaikan permintaan itu mendorong pelaku pelaku manufaktur meningkatkan produksi," ujarnya dalam keterangan resmi IHS Markit, Selasa (4/9/2017).
Menurutnya, kenaikan permintaan ekspor pada Agustus lalu merupakan salah satu periode kenaikan paling pesat yang terjadi pada 6,5 tahun terakhir.
Pabrikan banyak mengeksekusi pembelian bahan baku dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya.
Sejumlah subsektor manufaktur melaporkan tingginya volume bisnis yang belum terselesaikan pada bulan lalu. Penumpukan pengerjaan terjadi lantaran ada kelangkaan pasokan bahan baku.
Pabrikan mesti membayar biaya produksi yang lebih tinggi lantaran sejumlah pemasok bahan baku merespons kelangkaan pasokan dengan meningkatkan harga.