JAKARTA—Produsen baja domestik berpeluang meningkatkan produksi di tengah penurunan tekanan impor baja asal China.
“Tekanan baja impor dengan harga murah sekarang mereda. Krakatau Steel beserta produsen baja lain sekarang bisa berbisnis dengan persaingan harga wajar,” ujar Purwono kepada Bisnis, pekan lalu.
Menurutnya, penguatan permintaan domestik China dalam 2 bulan terakhir bakal memicu pabrikan baja di dunia meningkatkan utilitas. Terlebih, China juga mulai membatasi alokasi baja yang bisa diekspor.
Badan Pusat Statistik mencatat volume impor besi dan baja pada Juli 2017 mencapai 0,93 juta ton. Nilai impor pada periode tersebut mencapai US$636,6 juta. Volume impor besi dan baja tersebut naik 26% bila dibandingkan dengan Juni 2017 sebanyak 0,73 juta ton dengan nilai mencapai US$449,5 juta.
Impor besi dan baja year-to-date Januari—Juli 2017 sebesar 7,09 juta ton dengan nilai US$4,16 miliar. Volume impor itu turun 5% bila dibandingkan dengan periode Januari—Juli 2016 sebanyak 7,48 juta ton dengan nilai US$3,35 miliar.
Asosiasi Baja Dunia (World Steel Association/WSA) mencatat produksi baja di dunia mencapai 143,2 juta ton pada Juli 2017. Volume itu melonjak 6,3% yoy dibandingkan dengan Juli 2016. Utilitas pabrikan baja di seluruh dunia mencapai 72,1%, atau lebih tinggi 1,5% dibanding bulan sebelumnya.
Lonjakan produksi baja di dunia masih sejalan dengan kenaikan volume produksi di China. Produksi baja di China tercatat sebanyak 74 juta ton pada Juli 2017, atau naik 10,3%yoy dibanding Juli 2016.
Produksi baja year-to-date Januari—Juli 2017 di China mencapai 491,5 juta ton, atau naik 5,1% dibanding periode yang sama pada 2016 sebanyak 467,5 juta ton. Sementara itu, produksi global periode Januari—Juli 2017 sebanyak 977,32 juta ton, atau naik 4,6% periode yang sama pada 2016 sebanyak 933,97 juta ton