Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah menargetkan kunjungan wisatawan muslim sebesar 5 juta orang pada 2019, atau 25% dari sasaran total wisatawan mancanegara (wisman) yang jumlahnya 20 juta orang.
Visit Indonesia Tourism Office (VITO) Halal Rafi-Uddin Shikoh mengungkapkan Indonesia harus mampu menyesuaikan paket wisata halal dengan masing-masing kebiasaan atau budaya asal wisatawan yang datang. Agen perjalanan dan pemerintah pun diingatkan untuk tidak terpaku pada wisata ibadah.
"Sebagian besar wisatawan halal datang untuk liburan. Mereka tidak datang untuk umrah, jadi destinasi utama yang dijual bukanlah masjid," tutur dia.
Paket wisata dapat memanfaatkan fasilitas yang sudah ada, tapi diberi nilai tambah. Contoh paling mudah yaitu mengintegrasikan paket wisata dengan belanja langsung di pusat fesyen muslim yang ada di Indonesia.
Sementara itu Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata Riyanto Sofyan mengatakan destinasi yang sudah ditetapkan sebagai tujuan wisata halal, terbukti mampu bertumbuh.
Kemenpar mengklaim jumlah wisatawan muslim yang datang ke Lombok meningkat 17,5% dalam periode 2014-2016, dari 2 juta orang menjadi 2,7 juta orang.
Mengacu pada data Global Muslim Travel Index (GMTI) 2017, Indonesia berada di posisi ketiga sebagai negara tujuan wisatawan muslim dunia. Posisi pertama dan kedua masing-masing diisi oleh Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA). (lihat tabel)
Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI Wiryanti Sukamdani menyatakan besarnya pasar halal ditunjukkan oleh mulai gencarnya negara-negara dengan mayoritas warga nonmuslim menawarkan paket wisata halal. Contohnya, Jepang dan Korea Selatan.
"Halal sudah bukan hanya brand, tapi lifestyle yang memberi nilai tambah bagi konsumen. Di negara-negara yang mayoritas penduduknya nonmuslim pun banyak berkembang karena lebih sehat dan higienis," papar dia.