Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (KAI) akan membangun rel dari Stasiun Tegalluar, Kabupaten Bandung, menuju Stasiun Cimekar guna memberikan akses bagi pengguna kereta cepat Jakarta-Bandung menuju Kota Bandung.
Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro mengatakan saat ini terdapat jalur kereta dari Stasiun Cimekar menuju Stasiun Bandung.
Oleh karena itu, paparnya perusahaan hanya tinggal membangun jalur kereta api dari Stasiun Tegalluar menuju Stasiun Cimekar sepanjang 2-3 kilometer.
“Yang dari Cimekar ke Bandung sudah ada, yang belum dari Stasiun Tegalluar ke Stasiun Cimekar,” kata Edi, Jakarta, Selasa (15/8).
Dia menjelaskan pihaknya sudah mengajukan surat permohonan pembangunan prasarana moda transportasi berbasis rel tersebut ke Gubernur Jawa Barat dan menunggu balasan dari Pemprov Jabar.
PT KAI, paparnya, segera melakukan pembebasan lahan sepanjang 2-3 kilometer jika pemerintah daerah sudah melakukan penetapan lokasi daerah-daerah yang akan dibebaskan untuk pembangunan rel.
Dalam membangun prasarana moda transportasi lanjutan berbasis rel dari Stasiun Tegalluar, dia menuturkan terdapat dua alternatif, yakni menggunakan kereta api biasa tanpa harus melakukan elektrifikasi pada jalur KA dan menggunakan kereta api ringan (light rail transit/LRT).
Biaya yang dibutuhkan untuk membangun jalur kereta api dari Stasiun Tegalluar menuju Stasiun Cimekar tanpa elektrifikasi, paparnya, sebesar Rp150 miliar per kilometer.
Oleh karena itu, dia menuturkan, perusahaan memiliki kemampuan keuangan jika pembangunan prasarana moda transportasi berbasis rel tersebut untuk kereta api non-LRT.
“Ada dua alternatif, kalau menggunakan track yang ada itu butuh hanya dari Tegalluar ke Cimekar. Itu kita punya duit,” katanya.
Dia menambahkan penggunaan LRT sebagai moda transportasi lanjutan kereta cepat Jakarta-Bandung membuat jalur kereta api perlu elektrifikasi.
Elektrifikasi tersebut, ungkapnya, perlu dilakukan hingga Stasiun Bandung. Di Bandung, dia mengungkapkan direncanakan LRT tersebut menjadi loop.
“LRT listrik loh [Biaya yang diperlukan], kalau bukan listrik paling Rp150 miliar per kilometer landed di luar tanah,” katanya.
Dia menambahkan pihaknya akan melakukan efisiensi pembangunan jika moda transportasi lanjutan yang akan dibuat berupa kereta api ringan. Salah satunya, ungkapnya, perusahaan tidak akan membangun jalur tidak melayang karena berada di kawasan persawahan.
Salah satu cara yang akan dilakukan adalah dengan menimbun untuk membuat jalur LRT melayang jika harus membangun LRT.
Direktur Logistik dan Pengembangan PT KAI Budi Noviantoro menambahkan pada tahap pertama kemungkinan moda transportasi berbasi rel yang akan digunakan adalah untuk kereta rel diesel.