Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah menargetkan kenaikan kapasitas produksi pabrikan garam sebanyak 500.000 ton per tahun.
Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono menyatakan pemerintah bakal membebaskan lahan seluas 5.000 hektare di Nusa Tenggara Timur untuk dijadikan sebagai sentra produksi garam .
“Lahan yang dipersiapkan seluas 5.000 hektare. Artinya kapasitas bisa naik 500.000 ton, dengan volume sebanyak itu cukup untuk mensubstitusi dan menekan impor,” ujarnya usai rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Senin (14/8).
Menurutnya, permintaan garam domestik mencapai 3,4 juta ton setiap tahun. Sebanyak 800 ribu ton di antaranya merupakan permintaan garam konsumsi. Sementara itu, permintaan industri mencapai 2,6 juta ton. “Sementara kapasitas produksi garam kita masih sekitar 1,8 juta ton,” ujarnya.
Sejumlah sektor industri penyerap garam merupakan industri makanan minuman dan kimia farmasi. “Kebutuhan sektor makanan minuman, pengasinan dan pengolahan ikan, kimia farmasi setiap tahun itu masing-masing sebanyak 400.000 ton.”
Bahkan, industri kimia farmasi mengolah garam menjadi bahan baku berbagai produk turunan lain. Seperti misalnya bahan baku tekstil, soda, kertas, dan pipa.
Baca Juga
Sigit menyatakan target penambahan kapasitas produksi pabrikan garam tersebut bukan hanya menyasar perusahaan pelat merah. Pemerintah juga mengundang keterlibatan sektor swasta yang berminat investasi pada lahan ekstensifikasi.
“Terbuka bagi siapa saja, tidak tertutup ruang bagi swasta untuk ikut masuk. Intinya supaya bagaimana lahan di NTT bisa dioptimalkan untuk industri pergaraman,” ujarnya.
Penambahan kapasitas dengan ekstensifikasi lahan garam itu ditarget berjalan secara bertahap mulai 2018. “Masalah Industri garam itu dari dulu soal, kalau tanahnya sudah bisa bebas, baru kemudian bisa bicara bagaimana swasembada garam.”
Menurutnya, lahan di Nusa Tenggara paling cocok untuk dijadikan sebagai sentra produksi garam domestik. Sebab lokasi tersebut paling potensial menghasilkan garam kualitas tinggi.
“Intinya bagaimana menghasilkan garam dengan kualitas sebaik mungkin. Kalau bisa memastikan tingkat kemurniannya 97% kenapa tidak, NTT memungkinkan untuk itu, asalkan teknologi yang digunakan sama seperti yang digunakan di Australia,” ujarnya.