Bisnis.com, JAKARTA – Industri makanan dan minuman masih mengandalkan bahan baku impor karena sektor hulu belum mampu menyediakan kebutuhan pabrikan dan minim investasi.
Adhi S. Lukman, Ketua Umum Asosiasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), menyampaikan ketergantungan industri makanan dan minuman (mamin) terhadap bahan baku impor terbilang besar. Sebagian besar industri mamin saat ini tidak memiliki pilihan selain impor bahan baku sebab produsen domestik belum bisa mencukupi permintaan secara nasional.
"Kendalanya, ketergantungan impor masih tinggi seperti gula hampir 100% impor, garam 80%, serta sari buah dan buah 70%," kata Adhi saat dihubungi Bisnis, Minggu (13/7/2017).
Menurutnya, salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah adanya investasi jangka panjang untuk membangun sektor industri hulu, termasuk membangun pabrik gula, sari buah, dan garam. "Komoditas tersebut memiliki peranan penting bagi industri mamin dan industri lain, khususnya garam dan gula," ujarnya.
Sementara itu, Adhi mengatakan para investor masih dalam tahap wait and see untuk mengucurkan dana ke sektor industri hulu. Investor menilai jika investasi di sektor hulu mamin mempunyai persyaratan yang lebih sulit.
"Investasi di sektor hulu kerap menemukan hambatan, salah satu penyebabnya adalah industri yang bersangkutan harus memiliki sumber daya seperti lahan yang luas dan pertanian milik sendiri," katanya.
Adhi menjelaskan pemerintah harus lebih aktif membujuk investor untuk menanamkan modal di sektor hulu industri mamin. Salah satu cara untuk membujuk investor dengan menyediakan berbagai insentif fiskal.