Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Archandra Tahar mengatakan, efisiensi tersebut dilakukan sehingga penerimaan migas bagian negara dan kontraktor menjadi lebih baik. Ini juga merupakan upaya pemerintah menekan harga gas.
"Kami [Kementerian ESDM] melakukan efisiensi capex atau biaya investasi dari US$2,1 miliar menjadi US$1,55 miliar. Ini capaian besar. Proyek tersebut dapat segera dieksekusi," ungkapnya saat menggelar konferensi pers, di Jakarta, Selasa (8/8).
Archandra tidak menampik, efisiensi tersebut menyebabkan capaian investasi akan turun pada tahun ini. Hingga paruh pertama tahun ini, nilai investasi hanya mencapai US$4,8 miliar masih jauh dari target US$22,2 miliar.
"Namun, ini merupakan sebuah langkah efisiensi. Jangan dilihat dari turunnya investasi," katanya.
Lapangan JTB akan memproduksikan gas sebesar 330 MMSCFD dengan penjualan sebesar 172 MMSCFD selama 16 tahun (plateu). Dari 172 MMSCFD pemanfaatan gas tersebut, dan 72 MMSCFD untuk industri di Jawa Tengah dan 100 MMSCFD akan disalurkan ke PLN Wilayah Gresik dan Jawa Timur.
Gas dari lapangan Jambaran Tiung Biru, nantinya juga akan terkoneksi dengan pipa Gresik-Semarang sepanjang 267 km dengan diameter 28 inch. Pipa Gresik-Semarang dengan investasi sekitar US$ 515 juta direncanakan selesai di sisa tahun ini.
Adapun, proyek tersebut merupakan unitisasi dua lapangan dari dua wilayah kerja berbeda. Lapangan Jambaran merupakan bagian dari wilayah kerja Cepu dan Lapangan Tiung Biru yang menjadi bagian dari wilayah kerja Pertamina EP.
Pada Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) menjadi operator dan menguasai saham partisipasi sebesar 20,5%, Ampolex 24,5%, Pertamina EP Cepu 45% dan beberapa Badan Usaha Milik Daerah dengan saham partisipasi 10%.
Sementara, dalam proyek itu, PT Pertamina EP Cepu menjadi operator dan bersama EMCL masing-masing memiliki 41,4% hak kelola. Badan usaha milik daerah (BUMD) memiliki 9,2% dan sisanya sebanyak 8% dikuasai Pertamina EP.
Selain itu, Kementerian ESDM mengeluarkan beberapa keputusan penting terkait pengembangan lapangan gas di Jawa Timur itu. Salah satunya, harga jual ke PLN Wilayah Gresik sebesar US$7,6 per MMBTU flat selama kontrak.
PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara sudah menandatangani Head of Agreement terkait harga gas tersebut, Selasa (8/8) di Kantor Kementerian dan diputuskan melalui Surat Menteri ESDM Nomor 5939/12/MEM.M/2017 tertanggal 1 Agustus 2017.
Arcandra mengatakan, pemerintah juga merubah split kontrak bagi hasil Pertamina EP Cepu proyek JTB, melalui Surat Menteri Surat Menteri ESDM Nomor 5953/12/MEM.M/2017 tanggal 1 Agustus 2017.
Dia mengungkapkan, pihaknya telah memutuskan alih kelola lapangan dari Exxon Cepu oleh Pertamina EP Cepu sehingga Pertamina menguasai 90% Participating Interest dan 10% selebihnya akan dikuasai daerah.
"Tahun 2017 ini secara marathon kita kawal betul agar proyek Jambaran Tiung Biru bisa segera dieksekusi. Lapangan gas ini ditargetkan on stream pada 2020."