Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan pihaknya mendorong industri untuk mengembangkan mobil listrik agar Indonesia tak tertinggal.
Menurutnya, hingga saat ini pihaknya masih melihat peluang penggunaan teknologi sebagai sumber energi mobil listrik. Oleh karena itu, pihaknya mendorong industri manufaktur lokal turut mengembangkan mobil listrik.
"Kita mendorong agar industri mobil listrik ini jangan sampai suatu saat di negara lain sudah berkembang, pemakaian mobil listrik jangan sampai kita ketinggalan," ujarnya di Jakarta, Kamis (3/8/2017).
Dia menuturkan terdapat ide untuk menyediakan baterai di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) bagi mobil listrik. Nantinya, pengguna mobil listrik bisa menukar baterai yang telah terpakai dengan baterai baru sama seperti membeli gas tabung (liquefied petroleum gas/LPG).
"Kita lagi juga lagi melihat ada enggak teknologi misalnya baterai," katanya.
Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), disebutkan bahwa dari porsi BBM sebesar 96% pada 2015, porsinya akan menyusut menjadi 83,5% pada 2025. Porsinya terus turun hingga menyentuh 72,9% pada 2050 seiring dengan bertambahnya penggunaan bahan bakar lain yakni bahan bakar nabati, gas bumi dan listrik.
Untuk mencapai hal tersebut, pembangunan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) diharapkan bisa tercapai sebanyak 632 unit dengan total kapasitas 282 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd) di 15 kota pada 2025. Angka ini ditargetkan naik pada 2050 dengan tambahan SPBG menjadi 2.888 unit dengan total kapasitas 1.291 MMscfd.
Sementara itu, untuk kendaraan bertenaga listrik atau hybrid ditargetkan bisa menyentuh 2.200 unit kendaraan roda empat dan 2,1 juta unit kendaraan roda dua.